REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Indonesia sedang bergairah menyusul target pemerintah di bidang pendidikan melalui pengadaan barang pemerintah mencapai Rp 17 triliun. Dalam rangka peningkatan penggunaan produk TIK dalam negeri, maka dilakukan perencanaan perancangan produk di bidang TIK yaitu salah satunya Laptop Merah Putih yang akan diproduksi di dalam negeri. Sayangnya, proyek ini melahirkan gelombang polemik dan kekhawatiran korupsi menyusul harga yang dinilai terlampau mahal yakni Rp 10 juta per unit tetapi spesifikasi yang didapat tergolong rendah.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) pun menjadi sorotan. Mereka diminta transparan dalam proyek tersebut, mulai dari pengadaan sampai anggaran. Kemendikbud-Ristek angkat bicara untuk meluruskan polemik tersebut. Laptop Merah Putih yang akan diproduksi di dalam negeri adalah upaya mengurangi ketergantungan pada impor di bidang TIK. Pembuatan laptop yang memiliki sertifikat TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri) di tahun 2021 memiliki anggaran sekitar Rp 3,7 triliun untuk pengadaan unit laptop sebanyak 431.730 unit.
Dalam catatan Republika.co.id, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meminta ada perbaikan pembelian barang. Ia meminta agar barang impor dikurangi dan kuota untuk barang dalam negeri diperbanyak. Diketahui, pada anggaran 2021 total kebutuhan Kemendikbud-Ristek dan pemerintah daerah (pemda) dalam pengadaan laptop sebanyak 431.730 unit yakni senilai Rp 3,7 triliun. Jumlah tersebut terdiri atas 189.165 unit (sekitar Rp 1,3 triliun) melalui APBN 2021 dan 242.565 unit (sekitar Rp 2,4 triliun) melalui DAK fisik pendidikan.
"Saat ini telah dilakukan penandatanganan kontrak atas penggunaan PDN senilai Rp1,1 triliun," ujar Luhut.
Luhut menuturkan, saat ini terdapat enam produsen laptop dalam negeri dengan nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) lebih dari 25 persen dan telah dapat memenuhi kebutuhan pengadaan Kemendikbud-Ristek dan pemda ada 2021. Tercatat, kesiapan produksi laptop dalam negeri sebesar 351.000 unit ada September 2021 dan total sebanyak 718.100 unit pada November 2021.
Dalam rapat virtual, Jumat (23/7), yang dihadiri para dosen perguruan tinggi dari perwakilan ITB, UGM dan ITS, dengan pihak Kementerian Perindustrian, pihak Qualcomm, dan pihak Kemendikbud-Ristek dibahas mengenai perencanaan Program Pengembangan Laptop Merah Putih dalam mengembangkan komponen TIK beserta industrinya. Dosen elektronika ITB, Ari Indrayanto menyampaikan kerja sama dengan tiga perguruan tinggi saat ini (ITB, UGM dan ITS) bertujuan untuk catching up dan Transfer of Knowledge, menyatukan knowledge untuk belajar terlebih dahulu. "Sehingga pada 2021 fokus pada pematangan perencanaan Laptop Merah Putih," kata dia.
Selanjutnya di tahun depan 2022 bisa fokus pada pelaksanaan produksi laptop merah putih dan lulus pengujian secara elektronik dan fisik. Sehingga dengan dilakukannya konsorsium ini diharapkan TKDN dapat bergerak meningkat ke hulu.
Bidang pendidikan, menurut Ari harus relevan terhadap industri di Indonesia. Tak hanya itu, para akademisi juga diminta membantu agar industri dalam negeri naik kelas dan bisa berkompetisi dengan produk luar.
Ia mengakui tidak ada negara yang dapat menguasai semua komponen industri, sehingga Indonesia harus berkolaborasi dengan negara yang maju di bidang IT atau kolaborasi internasional. "Sehingga kita bisa fokus pada upaya merakit dan medesain sampai tahun 2024, dengan harapan TKDN akan naik sekitar 40-50 persen," kata Ari.
Indonesia juga harus berupaya dan bergerak secepatnya dalam meningkatkan strategi industri elektronik dalam negeri, terutama dalam peningkatan kualitas SDM dan kualitas infrastruktur di bidang industri dalam negeri.
Nantinya siswa SMK dan mahasiswa akan dilibatkan dalam pembuatan laptop tersebut. Siswa SMK akan fokus dalam perakitan perakitan dengan line production sesuai arahan dari pihak industri manufakturnya, sedangkan mahasiswa fokus pada memantau perakitan, mengevaluasi, memberi rekomendasi dan feedback ke pihak manufaktur.
Dalam perencanaan perancangan laptop merah putih ini bekerja sama dengan Qualcomm dengan tujuan memanfaatkan chip dari Qualcomm untuk membuat device, sehingga saling menguntungkan antar kedua belah pihak. Nies Purwati perwakilan dari Qualcomm dalam rapat tersebut menjelaskan perusahaannya bergerak di bidang teknologi industri komunikasi dengan meluncurkan produk telekomunikasi dan lebih fokus pada bidang RnD.
Qualcomm juga mempunyai salah satu produk chipset. Dalam kerja sama ini, Nies menjelaskan, Qualcomm juga menawarkan transfer of knowledge dengan diadakannya course untuk para mahasiswa, sehingga memiliki sertifikasi dari course tersebut. "Dan harapannya dapat menyiapkan engineer-engineer baru dari perguruan tinggi Indonesia," ucap Nies.
Namun badai polemik menghantam proyek pengadaan tersebut. Masyarakat memberikan berbagai macan reaksi, meski laptop anyar belum resmi dipasarkan. Salah satu yang membuat masyarakat bereaksi karena isu harga laptop yang mencapai Rp 10 juta per unit tetapi hanya mendapatkan hard disk sebesar 32GB dengan spesifikasi Chromebook. Spesifikasi laptop itu dinilai terlalu rendah dengan harga wah.
Adapun spesifikasi laptop untuk pelajar dari Kemendikbudristek adalah:
Tipe prosesor core: 2, frekuensi: > 1,1 GHz, Cache: 1 M
Memori standar terpasang: 4 GB DDR4
Hard drive: 32 GB
USB port: dilengkapi dengan USB 3.0
Networking: WLAN adapter (IEEE 802.11ac/b/g/n)
Tipe grafis: High Definition (HD) integrated
Audio: integrated
Monitor :11 inch LED
Daya/power: maksimum 50 watt
Operating system: chrome OS
Device management: ready to activated chrome education upgrade (harus diaktivasi setelah penyedia ditetapkan menjadi pemenang)
Masa Garansi: 1 tahun
Laptop dengan spesifikasi Chromebook tersebut jenis komputer yang menjalankan Chrome OS, sistem operasi dengan penyimpanan cloud. Laptop itu memiliki fitur terbaik dari Google di dalamnya, serta keamanan berlapis.
Sayangnya laptop jenis ini memiliki kekurangan, seperti beberapa software tidak bisa di-install karena keterbatasan sistem dan spesifikasi. Penelusuran Republika.co.id, laptop tipe Chromebook di beberapa marketplace dijual sekitar Rp 6 juta sampai Rp 7 jutaan. Karena itulah harga Rp 10 juta dinilai masyarakat terlalu mahal untuk laptop dengan spesifikasi Chromebook.
Reaksi masyarakat bukan tanpa sebab. Semua berawal dari pernyataan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim pada Rabu, 4 Agustus 2021 soal anggaran Rp 2,4 triliun untuk DAK fisik pendidikan untuk membeli 240.000 laptop produk dalam negeri.
"Pemerintah mengalokasikan Rp 2,4 triliun untuk DAK pendidikan tahun 2021 di tingkat provinsi, kabupaten/kota untuk pembelian 240.000 laptop," ujar Nadiem. Pernyataan Daniem pun langsung ditanggapi ramai warganet yang mengira pengadaan itu untuk Laptop Merah Putih. Padahal, menurut Kemendikbud-Ristek, laptop yang dimaksud Nadiem berbeda dengan proyek Laptop Merah Putih, melainkan laptop untuk pelajar.
Republika.co.id mendapatkan keterangan dari Kemendikbud-Ristek mengenai perbedaan Chromebook untuk kebutuhan pengadaan pelajar dan Laptop Merah Putih. Menurut Kepala Biro Perencanaan Kemendikbudristek, M. Samsuri, pengadaan Chromebook untuk pelajar merupakan upaya pemerintah dalam mendorong belanja produk dalam negeri, utamanya di sektor pendidikan untuk produk teknologi informasi dan komunikasi.
Semua itu dikatakan Samsuri sejalan dengan semangat Merdeka Belajar. Sehingga diharapkan belanja produk TIK akan...