REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Sebuah studi terbaru menemukan bahwa sampel sel yang didambil sewaktu proses diagnosis pada pasien yang kemudian mengalami Covid-19 dengan gejala parah menunjukkan bahwa respons antivirusnya teredam. Temuan itu dipublikasikan dalam jurnal Cell.
Selama 18 bulan terakhir, para peneliti mempelajari Covid-19 dan virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menjadi penyebabnya. Sejauh ini, virus diketahui memasuki tubuh melalui hidung dan mulut hingga kemudian memulai infeksinya di lapisan lendir saluran hidung.
Para peneliti mengetahui infeksi SARS-CoV-2 yang sebatas mengganggu saluran napas bagian atas cenderung membuat orang bergejala ringan atau tanpa gejala. Namun, ketika infeksi yang berkembang di saluran napas merembet ke paru-paru, orang akan menderita kondisi yang jauh lebih parah dan dapat menyebabkan penyakit fatal.
Para peneliti juga telah mengidentifikasi faktor risiko umum untuk penyakit parah, seperti usia, jenis kelamin, dan obesitas. Namun, masih banyak pertanyaan yang belum terjawab, seperti kapan dan di mana perjalanan Covid-19 yang parah ditentukan.
Apakah jalan menuju gejala berat dimulai hanya setelah tubuh gagal mengendalikan gejala ringan atau malah dimulai lebih awal dari itu? Sekelompok peneliti dari beberapa universitas di Amerika Serikat telah mencoba mencari jawabannya.