REPUBLIKA.CO.ID, Seorang santri di Pondok Pesantren Al Islah Tajug, Sudimampir, Balongan, Indramayu, Jawa Barat, memejamkan mata seraya menahan rasa sakit saat lengah kirinya disuntik vaksin Covid-19 oleh petugas kesehatan, Kamis, 29 Juli 2021. Terpisah puluhan kilometer, wajah penuh semangat tergambar dari seorang santri Pondok Pesantren Darunnajah, Pesanggrahan, Jakarta, yang juga mendapatkan vaksinasi Covid-19. Vaksinasi yang diberikan kepada para santri itu menjadi ikhtiar pemerintah menekan penyebaran khususnya klaster pesantren yang menjadi pencetak para dai di masa depan.
Pondok pesantren merupakan ujung tombak ketahanan kita, karena di sinilah para generasi muda dididik untuk aspek religius, kemudian nasionalis dan toleran. Pernyataan dari Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal Polisi (Purn) Budi Gunawan menjadi jawaban mengapa pondok pesantren menjadi salah satu prioritas utama BIN dalam pelaksanaan vaksinasi Covid-19. Mantan kapolda Bali dan Jambi itu pun sempat melakukan peninjauan langsung pelaksanaan vaksinasi Covid-19 bagi para santri di Pondok Pesantren Ummul Qura, Jalan Pondok Cabe Raya, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten.
"Ketahanan NKRI kita ada di sini, sehingga ini menjadi prioritas sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo terkait vaksinasi di kalangan pelajar," kata Budi, Ahad (1/8).
Sebanyak 7.000 vaksinasi yang digelar BIN tersebut tersebar di wilayah Banten, Jawa Barat, hingga Jawa Timur. BIN masuk di beberapa titik di provinsi Banten, yaitu di Tangerang dan Pandeglang. Beberapa pesantren di Bekasi juga menjadi target vaksinasi. "Termasuk di Jawa Timur, ada lima pondok pesantren yang kita datangi untuk melakukan program itu," kata Wakil Kepala Polri periode 22 April 2015 sampai 9 September 2016 itu.
Alasan dipilihnya ketiga wilayah itu karena berada di kawasan zona hitam penyebaran Covid-19. Spot-spot tersebut dipilih BIN karena lonjakan angka positif ratenya cukup tinggi. "Dan sudah menjadi zona hitam sehingga kami masuk di tiga titik tersebut," ujar pria berkumis ini.
Saat menemani Budi Gunawan, Pimpinan Ponpes Ummul Qura KH Syarif Rahmat mengucapkan terima kasih kepada BIN dan semua pihak yang bahu-membahu berperang melawan virus corona. Ia berharap kepada para kiai, ulama, guru, seluruh pendidik, dan masyarakat, bahu membahu menolong dan menyampaikan bahwa saatnya kita berperang. "Tidak boleh berbeda pendapat," kata Syarif.
Dukungan para ulama, pimpinan agama, dan pengasuh pondok pesantren memang diperlukan untuk mempercepat vaksinasi Covid-19, khususnya di lingkungan pesantren. Apalagi penerima vaksin diklaim memiliki peluang lebih besar untuk pulih ketika terinfeksi Covid-19, dibandingkan dengan yang tidak menjalani vaksinasi.
Seperti yang diuraikan Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio, walaupun penerima vaksin bisa kembali terinfeksi, tetapi sebagian besar infeksinya tidak berat dan cepat sembuh. "Itu manfaat dari vaksin juga," kata dia akhir Juli lalu.
Urgensi penggunaan vaksin Covid-19 karena memberikan sejumlah manfaat,, di antaranya melindungi diri dari infeksi Covid-19 karena jika sudah memiliki antibodi maka diharapkan tidak terjadi infeksi meski terpapar virus. Namun, jika tetap terinfeksi Covid-19 meski sudah mendapat vaksin, maka gejala klinis yang diderita tidak menjadi berat sehingga bisa mencegah morbiditas.
Manfaat lain adalah jika morbiditas atau kesakitan yang berat bisa dicegah, maka dapat mencegah kematian. "Tentu kalau morbiditas bisa dicegah tidak berat tentu kita bisa mencegah mortalitas atau kematian," tutur Amin.
Diharapkan orang yang sudah divaksinasi tidak menjadi sumber penularan bagi orang lain sehingga bisa memutuskan rantai penularan. Dengan periode penyembuhan yang lebih cepat pada orang yang sudah divaksinasi, maka periode menularkan Covid-19 ke orang lain juga akan semakin kecil. Karena itu, menurut Amin penting untuk mengikuti vaksinasi dalam rangka mengurangi angka kesakitan dan kematian. "Serta menciptakan kekebalan kelompok."
Guna menciptakan kekebalan kelompok, khususnya di lingkungan pesantren, dukungan dari para ulama memang diperlukan demi melindungi para calon dai di masa depan. Apalagi mengingat sepanjang pandemi setidaknya 900 ulama di seluruh Indonesia meninggal dunia.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang prihatin terdorong untuk mengambil langkah lebih jauh dalam upaya membantu mengatasi pandemi Covid-19 dan dampaknya. Ketua Gerakan Nasional (Gernas) Penanggulangan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi MUI, Lukmanul Hakim, mengatakan, MUI berkomitmen mengambil langkah lebih jauh dan lebih besar dari apa yang sudah dilakukan MUI. Sehingga MUI meluncurkan Gernas Penanggulangan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi MUI.
Lukmanul berkata, korban pandemi ini sudah jutaan yang meninggal, sehingga perlu ada arahan pertemuan wakil presiden dengan pimpinan MUI, para alim ulama, tokoh agama, habib pada 12 Juli adalah sebuah momentum bersama. Saat ini yang harus menanggulangi pandemi Covid-19 dengan berbagai dampaknya itu bukan pemerintah, bukan TNI-Polri, bukan ormas.
"Tapi kita harus bersama-sama menghadapi pandemi ini," kata Lukmanul saat peluncuran Gernas Penanggulangan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi, Selasa (3/8).
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD berkata, peran para ulama saat dalam proses pemberian vaksin di lingkungan pesantren adalah ...