Rabu 11 Aug 2021 06:35 WIB

Apa Persamaan Orang Tua Atlet-Atlet Olimpiade?

Orang tua atlet Olimpiade memiliki sejumlah kesamaan.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Peselancar Caroline Marks tampil di Olimpiade Tokyo. Ayah dan ibu Caroline juga aktif secara fisik.
Foto: EPA
Peselancar Caroline Marks tampil di Olimpiade Tokyo. Ayah dan ibu Caroline juga aktif secara fisik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika peraih medali Olimpiade tiga kali, Suni Lee tampil di siaran langsung TV nasional, dia memberi pelukan untuk ayahnya, John. Sebetulnya, John yang lumpuh dari dada ke bawah karena jatuh dari tangga pada 2019, bukanlah ayah kandung Suni.

Meski begitu, Suni dan John memiliki ikatan batin. Itu pula yang mendorong Suni untuk menggunakan nama belakang Lee.

Baca Juga

Suni mengatakan, John adalah pendukung No. 1 sekaligus sahabatnya. John menjadi dan alasan Suni melakukan apa yang dilakukannya sekarang.

"Terima kasih, saya tidak akan berada di sini tanpamu," kata Suni dilansir Insider, Selasa (10/8).

Orang tua atlet yang berlaga di ajang olahraga internasional, seperti Olimpiade, jarang mendapat sorotan. Faktanya, orang tua atlet Olimpiade memiliki sejumlah kesamaan.

Darren Marks, ayah dari peselancar Caroline Marks, berkompetisi di motorcross, sementara istrinya tumbuh menjadi atlet triatlon. Mereka membesarkan enam anak, sekarang berusia 10 hingga 22 tahun di Florida, di mana berselancar adalah kegiatan keluarga sehari-hari.

Ketika mulai menunggang kuda, Caroline pada usia sembilan tahun ditarik ke air oleh saudara laki-lakinya. Darren yang merupakan CEO Grom Social Enterprises mengatakan, Caroline memenangkan gelar East Coast saat berusia 10 tahun.

Elaine Achterberg, ibu dari pentathlete Samantha Schultz, mengatakan bahwa putrinya bermain ski saat berusia tepat satu tahun. Keluarga itu juga mendaki, berburu, dan berenang.

Achterberg sampai sekarang tetap aktif, menyelesaikan triathlon, berkompetisi di AS Masters Swimming nasional, dan merencanakan renang tujuh hari di sepanjang pantai Dalmatian.

"Sammy (Samantha) menginspirasi saya," ujar Achterberg.

Dalam bukunya tentang kota kecil Vermont yang menghasilkan sekitar satu atlet Olimpiade musim dingin setiap empat tahun, reporter olahraga New York Times Karen Crouse menemukan bahwa orang tua dari atlet tidak mendorong anak-anak mereka untuk bekerja keras atau fokus pada tujuan mereka.

"Orang tua yang memberi anak-anak mereka kepemilikan atas karier olahraga mereka tidak perlu khawatir memisahkan ambisi mereka dari ambisi anak-anak mereka," kata Crouse.

Darren Marks mengatakan, dia dan istrinya memiliki filosofi yang sama dengan Caroline. "Kami paham, kami perlu membiarkan anak-anak kami mengidentifikasi apa yang ingin mereka lakukan, dan kemudian kami hadir untuk mendukungnya,” ujar Darren.

Sebagai atlet pentathlon, putri Achterberg punya keunggulan dalam anggar, berenang, berkuda, berlari, dan menembak. Kemampuan itu didapat berkat ketelatenan orang tuanya untuk mendukung kegiatannya, dan dengan sabar mengantarkan ke tempat latihan.

"Anda menghabiskan hidup Anda di dalam mobil," kata Achterberg.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement