Rabu 11 Aug 2021 00:20 WIB

Lima Penyebab Sesak Napas, Kenali Mana yang Berbahaya

Sesak napas tak selalu terkait dengan penyakit yang berbahaya.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Kenali penyebab sesak napas. Sesak napas tak selalu identik  dengan penyakit yang mengancam nyawa.
Foto: Republika
Kenali penyebab sesak napas. Sesak napas tak selalu identik dengan penyakit yang mengancam nyawa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam beberapa kasus, sesak napas bukanlah keadaan darurat dan mungkin disebabkan oleh sesuatu seperti kecemasan atau kehamilan. Tapi itu juga bisa menjadi tanda kondisi yang mengancam nyawa, misalnya ketika terjadi karena reaksi alergi atau serangan jantung.

Berikut adalah lima alasan Anda mungkin merasa kehabisan napas dan kapan Anda harus segera mendapatkan perhatian medis.

Baca Juga

Reaksi alergi

Reaksi alergi terjadi ketika sistem kekebalan tubuh Anda bereaksi berlebihan terhadap pemicu. Beberapa alergen yang umum antara lain tungau debu, serbuk sari, dan bulu hewan peliharaan.

"Reaksi alergi dapat menyebabkan tenggorokan menegang yang menciptakan kesulitan bernapas dan sesak napas," jelas Troy Madsen, MD, seorang profesor kedokteran darurat di University of Utah, Amerika Serikat, seperti dilansir laman Insider, Selasa (10/8).

Bekuan darah di paru-paru

Emboli paru adalah kondisi serius yang mengancam jiwa. Kondisi ini terjadi ketika gumpalan darah mengalir ke arteri pulmonalis dan menghalangi aliran darah ke paru-paru.

Emboli paru menurunkan aliran darah ke paru-paru, sehingga menurunkan jumlah darah yang dapat dioksigenasi untuk menyediakan oksigen bagi seluruh tubuh. Inilah yang menyebabkan sesak napas.

Serangan kecemasan

Kecemasan adalah masalah umum di Amerika Serikat. Hampir satu dari lima orang dewasa memiliki gangguan kecemasan dan lebih dari satu dari sepuluh mengalami serangan kecemasan setiap tahun.

Cara cepat dan mudah untuk menenangkan pernapasan Anda dari serangan kecemasan adalah dengan bernapas ke dalam kantong kertas.

"Dalam kasus serangan panik yang parah, seseorang mungkin perlu pergi ke unit gawat darurat untuk menerima perawatan untuk ini," kata Madsen.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement