REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ridwan Saidi, Sejarawan dan Budayawan Betawi.
Pada 28 September 1965 Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) melakukan acara penutupan Kongres di Istora Senayan. Kala itu Bung Karno berkenan hadir. Acara dipancarkan RRI. Saya dan ayah depan radio di rumah malam itu. Hati dag dig dug. HMI bubar kaga ya? Malam itu penentuan.
Pidato pertama Ketua CGMI berpidato mengeluarkan jargon dan berseru: HMI kontra revolusi rumput ilalang yang merusak Taman Sari Ibu Pertiwi. Rumput ini harss dicabut.
Lalu giliran DN Aidit berpidato: HMI harus dibubarkan. HMI menyeleweng dari garis revolusi. Yang tidak mampu bubarkan HMI (Ini ditujukan ke Bung Karno) sebaiknya pake sarung saja.
Lanjut Wakil Perdana Mentri Leimena (Johannes Leimena,red) maju berpidato. Dia berkata lantang: HMI organisasi revolusioner. Dan organisasi apa pun yang kontra revolusi walau pun CGMI (Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia, sebuah organisasi mahasiswa di Indonesia terkait dengan Partai Komunis Indonesia, red) harus dibubarkan.
(Istora Senayan tiba-tiba sunyi senyap. Ayah saya menerikan takbir. "Oom Jo betul-betul hebat. Lu musti temuin Oom Jo, Wan", kata ayah.
Dan ketika tiba giliran Bung Karno berpidato, dia tak singgung HMI.
Aku berpikir saat itu: "Aku harus temui Oom Jo, gimana caranya ya". Memang Vivekananda, putranya, temanku sekelas di SMP.
Maka, aku baru jumpa Oom Jo th 1974 di Malang.
Ridwan Saidi (RS): Oom saya teman Nanda di SMP..
Jo Leimena; O ya jullie (kalian) berteman, goed (bagus).
RS: Saya Ketua Umum HMI. Walau terlambat, saya trima kasi atas pidato Oom tahun 1965. Kenapa Oom bela HMI?
Jo: Oom harus tegen (lawan) Aidit habis-habisan karena kalau sudah begitu Sukarno pasti netral. Jullie mesti tau memang HMI yang dipilih PKI sebagai sasaran utama, tapi mereka tak akan brenti sampe semua ormas agama bubar. Tapi cerita tidak sampai di sini saja. Yang penting kita semua orang beragama hati-hati!.
Baca juga : Puluhan Pasangan Prostitusi Terjaring di Hotel Dekat Istana
Ikuti Whatsapp Channel Republika