Oleh : Nora Azizah, Jurnalis Republika.co.id
REPUBLIKA.CO.ID, Masalah yang ditimbulkan virus Covid-19 untuk kesehatan nampaknya tak hanya sebatas infeksi. Bahkan, bagi mereka yang sudah dinyatakan sembuh, Covid-19 masih berdampak negatif bagi kesehatan.
Tidak sedikit mereka yang sudah berstatus sebagai penyintas Covid-19 masih merasakan tubuhnya belum juga sehat seperti sedia kala. Sindrom pascainfeksi Covid-19 yang berkepanjangan atau long covid disebut kian banyak dilaporkan.
Kasus dan studi terkait long covid memang membuat mereka yang pernah terinfeksi Covid-19 mungkin masih bertanya-tanya. Pasalnya, studi mengenai long covid masih belum banyak dan tidak sedikit yang masih menambahkan status 'perlu penelitian lebih lanjut'.
Bahkan, WHO juga masih memberikan penjelasan yang samar-samar terkait lamanya long covid bisa terjadi, efek yang ditimbulkan, hingga jenis pengobatan. Para pengidap long covid hingga kini mungkin masih kebingungan terkait jenis rehabilitasi medis yang disarankan agar bisa sembuh.
Sebelumnya, sebuah penelitian di Swiss menemukan bahwa seperempat orang dewasa yang terinfeksi Covid-19 masih memiliki sisa penyakit. Gejala yang ditunjukkan, antara lain, kelelahan, sesak napas, hingga depresi. Para penyintas mengalami Covid-19 berkepanjangan enam hingga sembilan bulan.
Baca juga : Taliban: Kami Telah Menepati Janji
Tak hanya Swiss, sebuah studi anyar di Inggris juga mengindikasikan long covid cukup mengkhawatirkan. Dalam studi yang melibatkan lebih dari 80 ribu orang, sebagian di antaranya merupakan penyintas Covid-19, long covid menimbulkan gejala 'brain fog' atau kabut otak.
Data ini diperoleh dari para responden yang diminta mengikuti Great British Intelligence Test. Dari penelitian, mereka yang pernah terinfeksi Covid-19 dan sembuh mengaku sulit mengerjakan soal-soal. Mereka bahkan kesulitan berkonsentrasi dan merangkai kata-kata.
Studi di Inggris ini menggarisbawahi, pasien Covid-19 yang menderita gejala parah hingga harus menggunakan ventilator dan sembuh, ternyata cenderung alami long covid. Hasil studi menunjukkan, para penyintas Covid-19 ini mengalami penurunan skor intelligence quotients (IQ) hingga tujuh poin.
Temuan lain juga diperoleh dari studi di Doha, Qatar. Long covid juga dialami penyintas Covid-19 yang berdampak pada kerusakan kornea mata. Gejala long covid ini umumnya dialami mereka dengan komorbid diabates dan penyakit saraf.
Long covid dianggap cukup membahayakan karena gejala penyakitnya kian banyak dan tidak sama pada setiap pasien. University College London bahkan melakukan studi terhadap lebih dari 3 ribu penyintas Covid-19 di 56 negara. Hasilnya mengejutkan karena ditemukan 203 gejala long covid dari 10 sistem organ.
Semakin banyaknya laporan para penyintas yang mengalami long covid membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mulai mengkhawatirkan penyakit ini. Sebab, sebelumnya long covid tidak menjadi fokus utama untuk diteliti. Para penyintas yang mengalami long covid sebelumnya hanya diminta untuk berkonsultasi dengan ahli medis.
Baca juga : Ketahui Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Sinovac dan Cara Atasinya
Namun, WHO pun kini mulai memandang long covid tak lagi sebelah mata. Gejala covid berkepanjangan dianggap sudah mengkhawatirkan karena para pasien bisa mengalaminya tak hanya dalam hitungan pekan, tetapi juga berbulan-bulan lamanya.
Dalam pernyataannya awal Agustus lalu, WHO bahkan menegaskan, long covid merupakan sindrome pascacovid yang nyata. Pihaknya membenarkan adanya long covid, dan kini kian menjadi perhatian WHO.
Pernyataan teranyar dari WHO juga memberikan angin segar bagi penderita long covid. Meski WHO belum mengetahui secara pasti efek dari covid berkepanjang, WHO akan memberikan program rehabilitasi untuk perawatan long covid.
Hingga kini, beberapa penelitian besar disebutkan masih berlangsung terkait long covid. Para peneliti juga belum bisa memastikan penyebab para pasien mengalami covid yang berkepanjangan.
Ada sejumlah teori yang menyebutkan bahwa virus Covid-19 bisa berlama-lama berada di dalam tubuh sehingga menyebabkan gejala sakit yang berkepanjangan. Virus yang menetap menimbulkan respons imun sehingga memunculkan gejala.
Namun, ada pula teori yang mengatakan infeksi virus Covid-19 yang para pada beberapa pasien menimbulkan efek samping lain bagi kesehatan. Infeksi menyebabkan kerusakan lain para organ tubuh.