REPUBLIKA.CO.ID, GEORGIA--Mamut berbulu telah punah sejak ribuan tahun lalu. Tapi hingga saat ini belum pasti soal penyebab kepunahan hewan tersebut.
Hal ini pun mendorong sejumlah peneliti untuk menelusuri soal penyebab kepunahan mamut berbulu. Dikutip dari Popular Science pada Jumat (13/8), penelusuran itu dilakukan dengan bakal gading dari mamut tersebut.
Gading itu digunakan untuk memeriksa bahan kimia yang terkandung di dalamnya. Dengan begitu, para peneliti bisa mengetahui soal pergerakan dan jangkauan geografis mamut berbulu.
Infomasi soal pergerakan dan jangkauan geogragis itu diperlukan untuk mengetahui bagaimana peran perubahan iklim dan akitvitas manusia dalam keberlangsungan hidup mamut berbulu.
Kerangka pemikiran ini didasari oleh kebiasaan yang dilakukan oleh gajah. Mengingat, gajah memiliki jadwal yang teratur dalam melakukan sebuah migrasi atau perjalanan jarak jauh. Diperkirakan, mamut berbulu pun memiliki kebiasaan yang sama.
Penelusuran ini dilakukan oleh para ahli dari Georgia Institute of Technology dan University of Ottawa.
Gading yang dijadikan dasar penelitian ini merupakan gading dengan ukuran 1,7 meter. Diperkirakan, gading itu berasal dari mamut berbulu yang hidup sekitar 17 ribu tahun lalu.
Penelusuran dilakukan dengan menggunakan gading karena gading merangkum seluruh kandungan strontium selama mamut tersebut hidup. Dengan kandungan itu, maka peneliti dapat mengetahui tumbuhan apa saja yang sempat dimakan sehingga dapat membantu peneliti dalam memetakan jejak perjalanan mamut.
Artinya, penelurusan gading ini seperti sedang membaca rekaman GPS yang mampu memberikan informasi soal perjalan yang sempat ditempuh oleh mamut tersebut.