Senin 16 Aug 2021 00:20 WIB

Ilmuwan Uji Coba Ultrasound untuk Terapi Kanker

Uji coba terapi ultrasound diketahui menjanjikan, khususnya untuk kanker darah.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Ultrasound (ilustrasi)
Foto: Picpedia.org
Ultrasound (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SAN DIEGO -- Terapi reseptor sel T buatan (CAR T) selama ini dianggap menjanjikan untuk mengatasi kanker. Sayangnya, ada kekurangan dari terapi itu, yakni memicu efek samping berbahaya pada jaringan yang sehat.

Hasil yang diketahui memuaskan terutama terhadap kanker darah, namun agaknya teknik serupa tidak bekerja dengan baik pada tumor padat. Sebagian masalahnya diduga karena sel CAR T dapat bereaksi berlebihan.

Baca Juga

Jika itu terjadi, sel CAR T malah mulai menyerang sel-sel sehat yang mengekspresikan antigen-antigen tersebut pada tingkat rendah. Itu dapat menyebabkan kondisi mematikan yang dikenal sebagai badai sitokin.

Tim peneliti di University of California San Diego berupaya menemukan cara untuk memfokuskan terapi sehingga sasarannya lebih tepat. Caranya, dengan merekayasa sel CAR T agar hanya bekerja pada suhu tinggi.

Langkah berikutnya, memanaskan tumor dengan ultrasound. Hal itu dilakukan karena kanker bisa berkelit dengan berbagai taktik untuk menghindari deteksi oleh sel-sel kekebalan.

Untuk mencoba membalikkan keadaan, terapi sel CAR T mengangkat terlebih dahulu sel tersebut dari pasien, mengisinya untuk menargetkan antigen kanker dengan lebih baik. Baru kemudian mengembalikan sel ke tubuh.

Dalam studi baru, para peneliti menambahkan pemicu yang akan memastikan sel CAR T hanya diaktifkan di lokasi tumor, sehingga meminimalisasi kerusakan di luar target. Mereka merekayasa sel T CAR dengan gen tertentu.

Gen itu hanya menghasilkan protein saat terkena panas. Selanjutnya, tim memanaskan tumor hingga 43 derajat Celsius menggunakan ultrasound yang terfokus. Seluruh eksperimen dilakukan pada tikus.

Terapi yang sudah direkayasa tersebut diketahui menekan pertumbuhan tumor sekaligus mengurangi adanya efek samping di luar target. Hasilnya berbeda dibandingkan dengan tikus yang menerima terapi sel CAR T biasa.

"Ini menunjukkan terapi sel CAR T kami tidak hanya efektif, tetapi juga lebih aman. Ini memiliki efek samping minimal di luar tumor sesuai target," kata penulis utama studi, Yiqian Wu.

Tim berencana melakukan uji lanjutan guna menyelidiki toksisitas sebelum eksperimen terhadap manusia. Penelitian telah diterbitkan di jurnal Nature Biomedical Engineering, dikutip dari laman New Atlas, Ahad (15/8).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement