REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap orang memiliki ingatan, baik dalam bentuk ingatan yang tak menyenangkan maupun menggembirakan. Ingatan tak hanya dapat membangkitkan beragam perasaan tetapi juga bermanfaat dalam kehidupan untuk membantu manusia belajar dan bertumbuh.
Sayangnya, sebagian orang harus bergelut dengan masalah kehilangan ingatan atau memory loss. Kondisi ini ternyata bisa dipicu oleh beragam hal.
"Apa pun yang mengganggu jaringan psikoneurobilogi akan mengganggu ingatan," ungkap Dr Caroline Leaf, seperti dilansir EatThis, Ahad (15/8).
Di antara beragam hal, ada empat penyebab kehilangan ingatan yang disoroti oleh Dr Leaf dan beberapa ahli lain. Berikut ini adalah keempat penyebab tersebut.
Stres
Di antara beragam hal yang dapat memicu kehilangan ingatan, stres merupakan salah satu faktor yang paling disoroti Dr Leaf. Alasannya, sistem saraf akan terdampak langsung ketika seseorang mengalami stres atau kecemasan.
Kaitan antara stres dan kehilangan ingatan berakar pada respons stres, di mana otak bereaksi setelah menerima sinyal ancaman. Ancaman-ancaman ini akan meningkatkan aktivitas listrik di dalam otak dan mendorong produksi adrenalin serta kortisol.
"Kehilangan ingatan bisa terjadi bila proses tersebut terjadi ketika ketakutan atau kecemasan melampaui periode perkembangan yang sesuai," jelas konselor klinis dan tenaga kesehatan mental profesional Pareen Sehat.
Stres juga bisa mempengaruhi inflamasi yang kemudian menyebabkan kehilangan ingatan. Beberapa studi menemukan bahwa kadar infalamasi yang lebih tinggi berkaitan dengan penurunan kognitif.
Salah satu cara untuk mengelola dan menurunkan stres adalah melakukan aktivitas seperti bernapas dalam, peregangan, dan meditasi. Kegiatan-kegiatan seperti ini sebaiknya dilakukan 10-15 menit setiap hari.
Pola Makan
Dr Mahmud Kara dari KaraMD mengatakan asupan yang bergizi memiliki peran penting dalam penurunan stres. Di samping itu, penerapan pola makan yang kurang baik dapat memicu terjadinya inflamasi yang kemudian berkontribusi pada kehilangan ingatan.
Pengaturan pola makan atau diet tak hanya eksklusif untuk penurunan berat badan atau menjaga kebugaran tubuh. Diet yang tepat juga bisa membantu memperbaiki daya ingat dan menghindari brain fog atau kesulitan untuk berkonsentrasi.
Terkait diet, anjuran dari Dr Kara adalah menghindari makanan yang memicu inflamasi dan memperbanyak konsumsi makanan yang mengurangi inflamasi. Beberapa contoh makanan yang memicu inflamasi adalah karbohidrat olahan atau sederhana, pemanis atau gula tambahan, dan junk food lain.
Di sisi lain, sebagian makanan yang dapat membantu menurunkan inflamasi adalah sayuran berdaun hijau, ikan berlemak, buah, dan minyak zaitun. Dr Kara secara pribadi lebih memilih bahan makanan yang diproduksi secara organik atau secara lokal untuk memastikan makanan tersebut dalam kondisi mengandung gizi yang paling padat.
Berhenti Belajar
Ketika seseorang tak lagi berpikir dalam dan berhenti belajar, otak mereka akan ikut terdampak dan mengalami kerusakan. Alasannya, otak dirancang untuk bertumbuh melalui berpikir secara mendalam, baik disengaja maupun tidak.
Memiliki pengingat dalam bentuk fisik juuga sangat dianjurkan. Misalnya, menuliskan hal-hal penting seperti janji atau jadwal pertemuan untuk mempermudah mengingat dan mencegah ketidaknyamanan di kemudian hari.
Long Covid
Brain fog merupakan kondisi di mana seseorang tidak mampu berkonsentrasi atau mengingat hal-hal tertentu. Di masa pandemi, keluhan brain fog cukup banyak ditemukan pada penyintas Covid-19 yang mengalami long Covid.
Studi terbaru menemukan bahwa brain fog dikeluhkan oleh sekitar 81 persen partisipan yang merupakan para penyintas Covid-19. Brain fog dalam kasus long Covid dinilai bisa terjadi karena Covid-19 menyebabkan peningkatan respons inflamasi di dalam tubuh untuk melawan penyakit. Inflamasi, baik dengan atau tanpa Covid-19, bisa berkontribusi pada terjadinya brain fog atau gangguan kognitif lain seperti demensia.