Jumat 20 Aug 2021 17:09 WIB

Al-Iman Tunjuk Direktur Pengembangan dan Peningkatan Mutu

Sekolah Al-Iman hadir dengan tagline baru, “Sekolah untuk Kehidupan”.

Red: Irwan Kelana
Ketua Yayasan Perguruan Al-Iman Afizal Sinaro (kiri) menyerahkan surat keputusan penetapan direktur Pengembangan dan Peningkatan Mutu kepada Zulfikri Anas.
Foto: Dok Sekolah Al-Iman
Ketua Yayasan Perguruan Al-Iman Afizal Sinaro (kiri) menyerahkan surat keputusan penetapan direktur Pengembangan dan Peningkatan Mutu kepada Zulfikri Anas.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Yayasan Perguruan Al Iman menjadikan awal tahun baru Islam 1443 Hijriyah sebagai momentum untuk re-branding sekolah sekaligus tonggak peningkatan mutu pendidikan. Sekolah Islam Al-Iman dengan tagline "Sekolah untuk Kehidupan" hadir dengan wajah dan semangat baru. 

Hal itu ditandai penyerahan surat keputusan penetapan direktur Pengembangan dan Peningkatan Mutu, serta peluncuran logo baru, bertempat di Sekolah Islam Al-Iman, Bojong Gede, Bogor, Jawa Barat, Rabu (18/8).

Afrizal Sinaro, ketua Yayasan Perguruan Al-Iman mengemukakan pendidikan bermutu dapat diwujudkan dengan sekolah yang bermutu. Pendidikan yang bermutu merupakan dambaan setiap siswa, orang tua, masyarakat, dan pemerintah.

Re-branding sekolah dimaknai sebagai tekad dan komitmen Yayasan untuk meningkatkan mutu sekolah seiring dengan tantangan perkembangan zaman,” ujar Afrizal dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Jumat (20/8).

Afrizal menjelaskan peningkatan mutu pendidikan harus diiringi dengan penjaminan mutu pendidikan oleh sekolah melalui mekanisme yang sistematis, terintegrasi, dan berkelanjutan untuk memastikan bahwa seluruh proses penyelenggaraan pendidikan telah sesuai dengan standar mutu dan aturan yang ditetapkan. “Untuk itulah diperlukan Direktur Pengembangan dan Peningkatan Mutu, dan penunjukan Zulfikri Anas sebagai direktur didasarkan atas pengalaman dan keahliannya sebagai staf pengembang kurikulum di Puskurbuk Kemendikbud,” kata Afrizal.

Harapannya, kata dia, Zulfikri Anas penulis tetralogi kehidupan -- Sekolah untuk Kehidupan, Kurikulum untuk Kehidupan, Guru untuk Kehidupan, dan Mutiara Hati Sang Guru (Pendidikan untuk Kehidupan) -- dapat mengejawantahkan slogan Al-Iman Sekolah untuk Kehidupan dalam pembelajaran di sekolah, rumah, dan lingkungan.

Menanggapi pengangkatannya sebagai direktur Pengembangan dan Peningkatan Mutu Sekolah Islam Al-Iman, Zulfikri Anas mengatakan bahwa kondisi sulit di masa pandemi ini memberikan peluang besar bagi dunia pendidikan untuk melakukan inovasi dan penguatan karakter setiap anak. “Pendidikan harus berjalan apapun kondisinya.  Pendidikan bermakna bukan karena gedung, kurikulum, dan juga bukan karena guru bertatap muka langsung dengan siswa. Sekalipun antara guru dan siswa tidak dapat bertatap muka secara langsung, pendidikan tetap berjalan dan harus makin bermakna.,” ujarnya.

“Pendidikan bermutu bukan karena hubungan formalitas dan lengkapnya sarana, tetapi bagaimana pendidikan itu mampu menghadirkan berbagai aktivitas sehingga dan menjadi kehidupan bagi setiap anak. Untuk itu pengalaman hidup dalam mengintegrasikan berbagai hal dan kemampuan mengkolaborasikan berbagai aspek ilmu di dalam dirinya dan orang di sekitarnya sangat menentukan,” tutur Zulfikri menambahkan.

Menurut Zulfikri, materi pelajaran (ilmu pengetahuan sebagai konten kurikulum) dan pengadministrasian (perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan) merupakan tools yang memudahkan guru dan siswa.  “Dan yang terpenting adalah pendidikan mampu mengantarkan peserta didik (manusia, makhluk paling bijak, khalifah di muka bumi) mampu berdaptasi dengan alam dan kehidupan,” tuturnya.

Zulfikri memaparkan, era digital simbolnya adalah keterkaitan dan keterhubungan antarpartikel. Menghubungkan sebanyak mungkin partikel dan unsur, serta materi sebagai bagian dari keseluruhan isi jagat raya. Karenanya, kata dia, pembelajaran harus mampu menampilkan keterhubungan antara apa yang dipelajari peserta didik dengan kehidupannya. Menghubungkan banyak variabel dalam menyelesaikan masalah kehidupan.

“Guru dan siswa harus mampu menemukan nilai-nilai atau makna apa yang diperoleh guru dan peserta didik dari suatu aktivitas pembelajaran. Diawali dengan membangun kelekatan (bonding) antara peserta didik dan guru, kenali dan pahami anak. Pembelajaran yang menyentuh hati anak,” ujarnya.

Zulfikri menegaskan bahwa melalui berbagai mata pelajaran siswa mengenal bentuk, tekstur, ukuran, volume, warna, rasa dan sebagainya. Semua itu saling terhubung. Misalnya,  antara warna kuning dan hijau pada jeruk biasanya akan berhubungan dengan rasa. Demikian juga dengan tekstur, ukuran, dan volume. Umumnya jeruk yang berwarna kuning, teksturnya lembut, dan kulitnya lebih halus memiliki rasa manis. Rasa manis dipengaruhi oleh berbagai zat yang terkandung misalnya ada zat gula, kandungan lainnya seperti vitamin C dan seterusnya.

Ketika anak diberikan pengalaman belajar dengan menghadirkan aktivitas nyata, maka dengan mudah mereka dapat menyimpulkan bahwa bila ingin mendapatkan buah jeruk yang manis dan kandungan gizinya banyak, bisa melihat dari ciri-ciri warna, ukuran, tekstur dan sebagainya. Dengan demikian anak akan merasakan bahwa belajar itu sangat bermanfaat bagi kehidupan. “Bila ini terjadi, anak akan menyadari bahwa belajar itu menyenangkan, membahagiakan, menguntungkan, dan dibutuhkan oleh dirinya. Apabila kesadaran ini tumbuh dari dalam diri anak, kita tidak perlu nyinyir menyuruh mereka belajar, apalagi mengancam dengan ujian,” ujarnya.

Zulfikri mengemukakan, Sekolah Islam Al-Iman bertekad mendidik anak menjadi pribadi yang beriman, berakhlak mulia, cerdas, jujur, dan tangguh menghadapi tantangan zaman berlandasakan Alquran dan Sunnah Rasul. Rebranding sekolah merupakan cara Sekolah Islam Al-Iman menyongsong abad baru, abad digital, dan insya Allah Al-Iman dengan tagline yang baru lebih menunjukkan jati dirinya.

“Program unggulan seperti tahfidz, bahasa, dan sains menjadi prioritas di samping terus mengembangkan pembelajaran berbasis aktivitas yang dapat menstimulasi kemampuan analisis dan keterampilan berpikir kritis anak. Memperbanyak kegiatan pembelajaran yang berhubungan dengan aktivitas keseharian dalam kehidupan anak,” tandasnya.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

  • Sangat tertarik
  • Cukup tertarik
  • Kurang tertarik
  • Tidak tertarik
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement