REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, mengatakan sebenarnya industri membutuhkan bantuan pendidikan tinggi, dengan insentif sederhana, mudah dimengerti, efisien, serta komunikasi yang baik. Sekat-sekat antara perguruan tinggi perguruan tinggi dengan DUDI serta dunia riset harus dihilangkan.
Terkait hal ini, Nadiem mengatakan dirinya butuh masukan dari para rektor dan dosen. "Kami mohon rekomendasinya agar sekat-sekat yang masih ada bisa lepas. Kami pun terus berupaya melepaskan sekat-sekat ini dengan membangun jembatan," kata Nadiem, dalam keterangannya, Jumat (20/8).
Jembatan tersebut, dijelaskan Nadiem, adalah platform Kedaireka sebagai ekosistem inovasi dan skema dana padanan (matching fund) yang telah diluncurkan. Nadiem mengatakan, rektor sempat mengeluh kepadanya mengenai sulitnya menarik minat industri untuk mendukung proyek atau kolaborasi akademi.
"Tapi, kemudian kita menciptakan Kedaireka dan insentif keuangan sederhana berbentuk matching fund, di mana jika industri memasukkan 1 rupiah, kita masukkan satu rupiah," kata Nadiem.
Kemunculan Kedaireka telah menarik minat 19 ribu insan dikti dan pelaku industri. Tercatat sekitar 2.500 proposal kerja sama industri dan pendidikan tinggi diajukan pada platform ini.
Lebih lanjut Nadiem mengatakan, inovasi teknologi adalah hasil perpaduan nilai-nilai pelajar dan pendidik Pancasila, yaitu kreativitas, kemampuan berkolaborasi, integritas, dan berpikir kritis untuk memecahkan masalah. Ia juga menambahkan, bahwa melalui Kampus Merdeka, mahasiswa seluruh Indonesia kini dapat secara resmi melakukan riset dalam kampus secara penuh waktu.
Aktivitas ini dapat dikonversikan hingga 20 SKS. "Jadi, mengerjakan riset dan inovasi suatu produk dalam kampus bisa penuh mendapatkan 20 SKS. Kami juga terus memastikan karier dosen terakselerasi," ujar dia.