Senin 23 Aug 2021 07:30 WIB

Berbahayakah Sindrom Short Sleeper?

Pengidap sindrom Short Sleeper merasa cukup tidur malam selama empat-enam jam.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Pendiri Twitter, Jack Dorsey, termasuk salah seorang short sleeper.
Foto: EPA
Pendiri Twitter, Jack Dorsey, termasuk salah seorang short sleeper.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rata-rata orang dewasa direkomendasikan untuk tidur malam selama tujuh sampai sembilan jam. Kurang tidur dapat menyebabkan sejumlah efek kesehatan yang merugikan, termasuk kecemasan, tekanan darah tinggi, diabetes tipe-2, dan obesitas.

Bagaimana dengan orang yang mengidap short sleeper syndrome? Mereka yang merasa cukup tidur malam empat hingga enam jam mungkin tidak mengalami efek samping ini, tetapi itu tidak berarti bahwa tidur hanya empat sampai enam jam setiap malam tidak berbahaya.

Baca Juga

Para peneliti sejauh ini belum menemukan efek kesehatan jangka panjang terhadap sindrom yang juga diidap pendiri Twitter, Jack Dorsey. Ying-Hui Fu, profesor neurologi di University of California, San Francisco, mengungkapkan bahwa labnya sedang menyelidiki kondisi itu.

Profesor di departemen psikologi University of Utah, yang telah mempelajari tidur pendek, Paula G. Williams juga mengatakan, peneliti masih belum mengetahui apakah beberapa orang yang tidur kurang dari enam jam benar-benar tidak merasakan dampak kesehatan yang merugikan.

"Sejauh ini, saya belum yakin bahwa siapa pun bisa 'baik-baik saja' dengan tidur singkat, bahkan jika mereka tidak menunjukkannya," kata Williams.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement