Senin 23 Aug 2021 18:54 WIB

Apa Itu Badai Sitokin? Ini Jawaban Dokter Paru

Badai sitokin tidak hanya terjadi pada pasien yang terinfeksi Covid-19.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Ani Nursalikah
Apa Itu Badai Sitokin? Ini Jawaban Dokter Paru
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Apa Itu Badai Sitokin? Ini Jawaban Dokter Paru

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa waktu lalu, figur publik Deddy Corbuzier berhasil melewati badai sitokin dan sembuh dari Covid-19. Badai sitokin menjadi perbincangan hangat di media sosial.

Sebenarnya apa itu badai sitokin? Dokter spesialis paru Jaka Pradipta mengatakan sitokin adalah senyawa yang dihasilkan tubuh manusia dalam proses peradangan misalnya saat melawan bakteri, virus, dan kuman. Namun, ada beberapa kondisi yang menyebabkan produksi sitokin berlebihan sehingga menjadi di luar kendali yang efeknya malah membahayakan tubuh.

Baca Juga

“Jika sitokin yang diproduksi berlebihan, tubuh kita rusak. Seharusnya sitokin dapat dihasilkan dalam jumlah cukup tapi kalau kumannya hebat, sitokin bisa menjadi berlebihan dan itu yang disebut badai sitokin,” kata Jaka kepada Republika.co.id, Senin (23/8).

Badai sitokin tidak hanya terjadi pada pasien yang terinfeksi Covid-19, tapi penyakit lain yang khususnya infeksi berat. Sebenarnya jika infeksi Covid-19 bisa diketahui lebih awal dan cepat diatasi bisa meningkatkan imunitas tubuh sehingga badai sitokin tidak terjadi.

Rata-rata badai sitokin terjadi setelah 10 hari atau sekitar dua pekan dan akan menyerang pasien yang memiliki peradangannya tidak segera teratasi atau penyakitnya belum selesai. Selain itu, khusus untuk Covid-19, badai sitokin tidak hanya menyerang mereka yang komorbid.

“Umumnya yang terkena adalah orang yang memiliki penyakit penyerta dan usia lanjut. Tapi kalau bicara Covid-19, tidak pandang bulu. Siapa saja bisa terkena apabila tidak segera teratasi,” ujar dia.

Jika seseorang terkena badai sitokin, risiko kritis atau meninggal menjadi meningkat. Saat sudah mencapai fase itu, bisa terjadi kerusakan pada organ lain tidak hanya paru-paru tapi jantung, ginjal, pankreas, dan organ lain.

Jaka mengimbau masyarakat selalu menerapkan pola hidup sehat dan segera mendapat penangan apabila terinfeksi Covid-19. “Intinya pola hidup sehat. Kalau terkena Covid-19, segera istirahat dan berobat. Lakukan pemeriksaan rutin meskipun ringan tatep terpantau peradangannya jangan sampai abai supaya tidak masuk fase badai sitokin,” tambahnya. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement