Rabu 25 Aug 2021 13:35 WIB

Studi Ini Dukung Booster Vaksin Covid-19 Bagi Imun Lemah

Studi jelaskan pasien kanker dan radang sendi tak berespons terhadap vaksin standar.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Vaksinator menyiapkan vaksin dosis ketiga atau booster  untuk tenaga kesehatan di RSUD Matraman, Jakarta Timur. Dalam sebuah penelitian terbaru, pasien immunocompromised memiliki respons kekebalan yang lebih lemah setelah menerima dua dosis vaksin Covid-19 dibandingkan populasi umum. Hasil studi itu, dilakukan oleh penelitian yang berbasis di Inggris, dan mendukung suntikan booster bagi mereka yang rentan.
Foto: ANTARA/ Fakhri Hermansyah
Vaksinator menyiapkan vaksin dosis ketiga atau booster untuk tenaga kesehatan di RSUD Matraman, Jakarta Timur. Dalam sebuah penelitian terbaru, pasien immunocompromised memiliki respons kekebalan yang lebih lemah setelah menerima dua dosis vaksin Covid-19 dibandingkan populasi umum. Hasil studi itu, dilakukan oleh penelitian yang berbasis di Inggris, dan mendukung suntikan booster bagi mereka yang rentan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dalam sebuah penelitian terbaru, pasien immunocompromised memiliki respons kekebalan yang lebih lemah setelah menerima dua dosis vaksin Covid-19 dibandingkan populasi umum. Hasil studi itu, dilakukan oleh penelitian yang berbasis di Inggris, dan mendukung suntikan booster bagi mereka yang rentan.

Dikatakan penelitian yang terbit di jurnal medis The Lancet, sekitar 40 persen dari 600 orang dengan kondisi seperti kanker dan radang sendi, yang perawatannya dapat mengganggu kekebalan, memiliki respons yang tidak memadai terhadap rejimen vaksin standar.

Namun demikian, temuan penelitian yang dilakukan di Inggris, dan disebut Octave itu, tidak memberikan jawaban yang kuat tentang efektivitas vaksin Covid-19 dalam melindungi pasien yang kekebalannya terganggu. 

“Tidak ada batasan klinis yang disepakati untuk mengukur respons vaksinasi Covid-19,” kata Iain McInnes, kepala Fakultas Kedokteran, Kedokteran Hewan, dan Ilmu Hayati di Universitas Glasgow, dan pemimpin penelitian, dikutip BNN Bloomberg, Rabu (25/8).

Lebih lanjut, studi yang dilakukan oleh para peneliti dan diambil dari berbagai universitas di Inggris itu, mengamati sejumlah kelompok pasien pada tanggapan terhadap vaksinasi standar. Pasien yang dirawat karena vaskulitis, peradangan pembuluh darah, disebut-sebut memiliki tingkat respons antibodi terendah.

Baca juga : Arab Saudi Setujui Vaksin Sinovac dan Sinopharm

Tetapi, berdasarkan hasil penelitian, perlindungan parsial dari Covid-19, memang dimungkinkan bermanfaat secara klinis. Studi itu, mendukung rencana beberapa negara yang mulai melakukan suntikan ketiga dosis Covid-19 untuk orang-orang yang sistem kekebalannya melemah, baik oleh penyakit atau terapi tumpul kekebalan. 

AS, sebagai salah satu negara yang menerapkannya, pekan lalu juga mulai melakukan vaksinasi dosis ketiga. Namun, gagasan tersebut ditolak oleh banyak kelompok kemanusiaan dan kesehatan global, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dengan alasan kurangnya pasokan untuk banyak negara miskin.

Beberapa pakar juga menunjukkan kurangnya bukti bahwa dosis ekstra meningkatkan perlindungan secara signifikan. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement