REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Minum kopi di rumah bagi warga Manggarai Raya di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), sudah lama menjadi sebuah tradisi. Lambat-laun, kebiasaan itu juga bergeser sebagai ajang bersosialisasi di luar rumah.
Agroecosystem Program Manager Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI), Renata Puji Sumedi Hanggarawati, mengatakan warga NTT tidak lagi hanya minum kopi di rumah. Kopi turut dinikmati di kafe dan warung.
Puji menjelaskan bahwa kopi memang jadi tanaman sumber minuman khas di NTT. Pemerintah daerah pun menetapkan kebijakan agar restoran dan hotel menyediakan kopi lokal sebagai potensi lokal.
"Karena potensi kopi di sana besar, kami pernah mengadakan kegiatan coffeepreneur. Sekarang banyak anak muda ingin jadi barista," kata Puji lewat pernyataan resminya.
Lewat program tersebut, KEHATI merangkul 17 anak muda yang dibekali ilmu untuk menjadi barista, sekaligus untuk membuat business plan membuka usaha kopi. Mereka pun belajar banyak hal tentang kopi.
Misalnya, kopi ditanam di mana, varietasnya apa saja, serta budidayanya seperti apa. Beberapa jenis kopi yang tersohor dari Flores adalah kopi Flores Manggarai dan kopi Bajawa.
Culinary storyteller Ade Putri yang merupakan seorang peminum kopi berpendapat cita rasa kopi Flores Manggarai dan kopi Bajawa tidak terlalu bisa dibedakan. Karakter kopinya sangat kompleks.
"Tapi, ketika kita bicara kopi, rasanya tergantung pada metode penyeduhannya juga. Misalnya, jadi kopi tubruk atau kopi filter. Aku mencoba kopi Manggarai dengan cara dibuat tubruk dan french press. Keduanya sama-sama enak," kata Ade lewat pernyataan resminya.
Dia menuturkan, kopi Manggarai bisa dipasarkan melalui coffee shop yang khusus menyediakan kopi lokal. Itu penting untuk memperlihatkan kepada konsumen bahwa selain kopi Bajawa ada kopi jenis lain dari Flores.