REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Universitas Ahmad Dahlan (UAD) membuka program studi (prodi) ilmu farmasi program doktor (S3). Pembukaan prodi ini ditandai dengan penyerahan Surat Keputusan (SK) Kemendikbud-Ristek terkait Izin Pembukaan Program Doktoral Prodi Farmasi UAD, Rabu (25/8).
Rektor UAD, Muchlas mengatakan, dibukanya program doktoral farmasi ini merupakan tantangan baru bari civitas akademik. Pasalnya, civitas akademik akan ditantang untuk menghasilkan riset-riset.
Riset ini, katanya, diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi dunia pendidikan. Namun, juga bagi pengembangan industri farmasi di Indonesia. "Kita berharap dengan adanya program doktor farmasi, outcome-nya kami dapat memperbanyak ahli di industri farmasi yang nantinya bisa meningkatkan riset-riset dan dapat mengambangkan industri farmasi di Indonesia," kata Muchlas di Kampus Utama UAD, Bantul, Rabu (25/8).
Dalam menghadirkan prodi tersebut, pihaknya sudah menghabiskan waktu lebih dari dua tahun. Mulai dari pengusulan hingga diterbitkannya izin untuk membuka Program Doktoral Farmasi UAD.
Muchlas menyebut, setidaknya sudah dilakukan pengusulan dua kali kepada Kemendikbud-Ristek. Pada usulan pertama, ada kendala yang ditemukan yakni terkait dengan ketidak cukupan jumlah guru besar di bidang farmasi di UAD.
"Kurang satu guru besar saat itu dan berhenti usulan sampai satu tahun lebih. Baru muncul satu guru besar baru di bidang farmasi, kita usulkan kembali. Dengan fasilitasi yang luar biasa dari LLDikti Wilayah V DIY, alhamdulillah proses pengusulan menghasilkan izin penyelenggaraan," ujarnya.
Menurut Muchlas, Program Doktoral Farmasi UAD merupakan pertama kalinya dibuka di perguruan tinggi yang ada di bawah naungan Muhammadiyah dan 'Aisyiyah (PTMA). Bahkan, di lingkungan perguruan tinggi swasta yang ada di DIY, UAD juga menjadi yang pertama menghadirkan program doktoral farmasi.
"Kita berharap program S3 ini baik di lingkup internal maupun eksternal, dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi nilai-nilai kemanusiaan yang sedang diperjuangkan perserikatan Muhammadiyah," jelas Muchlas.
Sementara itu, Kepala LLDikti Wilayah V DIY, Didi Achjari mengatakan, usulan kedua Program Doktoral Farmasi UAD ini dilakukan pada September 2020 lalu. Ia menyebut, UAD menjadi salah satu dari dua perguruan tinggi yang menyelenggarakan program doktoral farmasi. "Di Yogyakarta baru UGM yang sudah menyelenggarakan dan untuk perguruan tinggi swasta baru UAD yang penyelenggaraan prodi farmasi program doktor," kata Didi.
Didi berharap, prodi ini nantinya menjadi program studi unggulan di UAD. Sebab, UAD sendiri sudah memiliki cukup banyak guru besar di bidang farmasi.
Dengan begitu, kata Didi, lulusan farmasi dapat dibekali dengan keterampilan yang unggul. Utamanya dibekali dengan keilmuan yang berdasarkan revolusi industri 4.0, terintegrasi pada nilai-nilai Islam dalam pengembangan ilmu dengan fokus pada kajian halal."Keunikan ini menjadi ciri khas UAD, kalau dulu orang beramai-ramai dengan istilah halal tourism, maka istilah di farmasi menjadi halal medicine," ujarnya.
Selain itu, ia juga berharap melalui prodi tersebut dapat mengembangkan penelitian-penelitian yang memberikan manfaat bagi masyarakat luas. Terutama dalam menghasilkan produk atau obat yang nantinya dapat diproduksi massal.
"Sebagai contoh pengurangan produk kimia diganti bahan herbal, yang kehalalannya sudah pasti dengan memanfaatkan bahan herbal. Bahkan vaksin Covid-19 dengan bahan herbal, itu menjadi menarik sebagai inovasi," jelas Didi.