REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Covid-22 menjadi trending topic di media sosial Twitter di sejumlah negara. Banyak orang memperbincangkan hal itu dan sebagian warganet pun menjadi takut.
Dari mana awal munculnya istilah tersebut? Menurut laman Insider yang dikutip pada Kamis (26/8), sumber utama keriuhan berasal dari tweet viral dari situs web berita Insider Paper yang tidak berafiliasi dengan Insider.
Situs itu menerbitkan artikel tentang pernyataan seorang ahli imunologi dari Swiss, pada Senin (23/8) lalu. Laman Express UK dan The Sun di Inggris juga memuat berita dari narasumber yang sama, namun narasinya tak seperti yang dibuat Insider Paper.
"PERINGATAN: Varian super baru bernama 'Covid-22' bisa lebih berbahaya daripada strain delta, para ahli memperingatkan," tulis Insider Paper dalam cicitannya yang mengumpulkan lebih dari 13 ribu likes dan 30 ribu retweet.
Ribuan orang mengekspresikan kebingungan dan ketakutan di bagian komentar. Dalam artikel yang terbit Ahad di surat kabar Swiss berbahasa Jerman Blick, seorang ahli imunologi Swiss dan profesor di ETH Zürich di Zürich, Swiss. Sai Reddy, rupanya menggunakan istilah "Covid-22" untuk membahas potensi masa depan pandemi akibat infeksi virus corona.
"Fase pandemi berikutnya akan menjadi masalah besar, yakni ketika varian beta atau gamma menjadi lebih menular, dan/atau delta berkembang. Covid-22 bisa lebih buruk dari apa yang kita alami sekarang," kata Reddy dalam artikel tersebut.