REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandung memperkirakan jumlah sekolah yang akan menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) akan melebihi angka 300. Kegiatan simulasi PTM diperkirakan tidak akan dilakukan kembali mengingat sudah pernah dilaksanakan.
Sebelumnya, Disdik Kota Bandung sempat menggelar simulasi kepada 300 lebih sekolah berbagai jenjang mengecek kesiapan PTM beberapa bulan lalu. Simulasi dilakukan jauh sebelum kasus penyebaran Covid-19 mengalami kenaikan signifikan pada Juli kemarin.
Sekretaris Disdik Kota Bandung, Cucu Saputra memperkirakan sekolah yang akan menggelar PTM akan lebih banyam dari total sekolah yang telah dicek kesiapan PTM sebanyak 300 lebih pada beberapa waktu silam. Perkiraan tersebut mengingat kegiatan simulasi sudah dilakukan kurang lebih dua bulan silam.
"Artinya akan bertambah," ujarnya saat dihubungi belum lama ini. Terkait dengan rencana simulasi kembali untuk mengecek kesiapan sekolah, ia mengatakan simulasi hanya akan menghabiskan energi sebab sebelumnya pernah dilakukan.
"Kemungkinan kalau sudah siap langsung saja, dari persentase dikendalikan 20 persen," katanya.
Ia melanjutkan, pihaknya segera mengecek kesiapan sekolah pasca kebijakan pembelajaran tatap muka (PTM) diperbolehkan untuk kota atau kabupaten yang berada di level 3. PTM akan dilaksanakan dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan protokol kesehatan yang ketat dan disiplin.
"Begini, tentu kami membuat pemetaan kesiapan infrastruktur, kesiapan desain kurikulum, kesiapan guru, kesiapan protokol kesehatan di tiap sekolah sejauh mana. Kesiapan itu tidak bisa ditebak-tebak tentu kami tidak memberikan tiket gratis kepada semua sekolah secara serta merta sekolah di Bandung diperbolehkan," ujarnya.
Ia menuturkan, kesiapan sekolah diperiksa melalui daftar periksa sekolah yang berada di sistem dapodik. Selanjutnya, sistem diantaranya akan menunjukan kebutuhan alat-alat yang diperlukan untuk penerapan protokol kesehatan.
"Setelah direkap by sistem maka dilanjutkan monev memastikan tiap satuan pendidikan itu. Tentu keputusannya bukan disdik tapi disdik merekomendasikan sekolah, keputusan di Satgas Covid-19. Tapi karena jumlah banyak dan tidak terpusat maka didistribusi di satgas kecamatan," katanya.