REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ridwan Saidi, Sejarawan dan Budayawan Betawi.
Samen bundeling van alle onze krachten (penggalangan kekuatan kita), itulah makna pertemuan tujuh Ketua Partai Politik pada Kamis kemarin (25/8) pukul 15.00 di Istana Negara. Istilah kate nyang laen: Susah senang kita-kita mestine sampe 2024 ya.... Kayaknya tampak direspons ama kata mirip paduan suara: iyaa, Bapak....!
Padahal konsep penggalangan kekuatan berubah setelah ditemukan lagi Nano Tekno. Makin kuat itu kalau benda sebagai objek dipecah 1 milyar partikel. Sigma 1 milyar partikel benda tak sama lagi dengan benda yang sama dalam posisi N=1. Sigma 1 milyar partikel jauh lebih kuat dan more valuable. Nah, dalam politik ada 'koneksi Nano Tekno politik' yakni dengan munculnya mural di media sosial.
Mana mural yang tercepat dihapus bagi netizen itu yang terbaik. Maka, kalau pengaruh tujuh parpol Istana mengungguli mural, maka tujuh parpol boleh berdendang. Kalau tidak? Bukan kaya istilah Nur 'ala Nur (Cahaya di atas cahaya) tapi hanya sekedar mirip matra Sim Sala Bim, benda yang kehilangan enerji. Banyak pesulap yang suka berseru sim sala bim untuk halau enerji dari konsep rasionalitas penonton.
Dahulu, jelang kejatuhannya pada hari-hari di bulan Mei 1998, Pak Harto juga kumpulkan tokoh-tokoh dan mengimbau ikut dalam Dewan Reformasi yang akan dipimpin Nurcholish Madjid. Tapu tahu-tahunya, Nurcholish menolak kemudian. Dan setelah itu Pak Harto serahkan kekuasaan pada Wakil Presiden BJ Habibie pada 21 Mei 1998.
Semua ini persis salam 'Bonjour Tristesse, madam' (halo kesedihan, Nyonya)!