Ahad 29 Aug 2021 00:15 WIB

Uji Klinis: Plasma Konvalesen tidak Cegah Keparahan Covid-19

National Institute of Health telah menerbitkan hasil uji klinis plasma konvalesen.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Penyintas Covid-19 menyumbangkan plasma konvalesennya (Ilustrasi).
Foto: ANTARA/Destyan Sujarwoko
Penyintas Covid-19 menyumbangkan plasma konvalesennya (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi terbaru dari Amerika Serikat menunjukkan bahwa terapi plasma konvalesen pada pasien rawat jalan Covid-19 tidak efektif mencegah keparahan penyakit. Temuan tersebut dipublikasikan secara daring di edisi terbaru The New England Journal of Medicine.

Hasil akhir uji klinis plasma konvalesen Covid-19 yang dilakukan National Institute of Health (NIH) menyimpulkan, terapi ini tidak mampu mencegah perkembangan penyakit pada kelompok pasien rawat jalan Covid-19 di fase awal sakitnya. Uji coba klinis sebelumnya dihentikan pada Februari karena kurangnya kemanjuran plasma konvalesen berdasarkan analisis sementara.

Baca Juga

"Kami berharap penggunaan plasma konvalesen Covid-19 akan mencapai setidaknya 10 persen pengurangan perkembangan penyakit pada kelompok ini, tetapi pengurangan yang kami amati justru kurang dari 2 persen," kata Dr Clifton Callaway, peneliti utama yang juga profesor kedokteran di University of Pittsburgh.

Callaway dan rekan terkejut dengan kesimpulan penelitiannya. Sebagai dokter, mereka ingin ini membuat perbedaan besar dalam mengurangi penyakit parah.

"Namun, ternyata itu tidak berguna," kata dia, dikutip dari laman NIH, Sabtu (28/8).

Plasma konvalesen Covid-19 adalah plasma darah yang berasal dari penyintas penyakit akibat infeksi virus corona tipe baru (SARS-CoV-2) tersebut. Tahun lalu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS mengeluarkan izin penggunaan plasma konvalesen pada pasien rawat inap dengan Covid-19 melalui otorisasi penggunaan darurat.

Uji klinis kali ini difokuskan untuk mengetahui apakah plasma konvalesen Covid-19 juga bisa membantu orang yang baru saja terinfeksi virus corona, tetapi tidak sakit parah. Tujuannya adalah untuk mencegah perkembangan penyakit Covid-19 menjadi parah.

Studi yang yang diluncurkan pada Agustus 2020 itu dirancang untuk menjawab pertanyaan tersebut. Uji klinis acak terkontrol melibatkan pasien rawat jalan dewasa yang datang ke unit gawat darurat dengan gejala Covid-19 ringan selama pekan pertamapasca infeksi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement