REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengeluarkan anjuran kesehatan baru. Dalam anjuran terbaru ini, CDC mengimbau penghentian penggunaan ivermectin sebagai obat untuk mencegah atau mengobati Covid-19.
Ivermectin merupakan obat yang umum digunakan untuk mengobati infeksi parasit pada manusia dan hewan. Pada manusia, Food and Drug Administration (FDA) telah mengizinkan penggunaan ivermectin ntuk mengobati masalah river blindness atau kebutaan yang disebabkan cacing parasit bernama Onchocerca volvulus, strongyloidiasis usus, kutu kepala, dan rosacea.
"(Ketika diresepkan untuk penyakit tersebut, ivermectin) umumnya aman dan ditoleransi dengan baik," jelas CDC, seperti dilansir CBS News, Ahad (29/8).
Dalam kaitannya dengan Covid-19, National Institutes of Health (NIH) telah memutuskan bahwa tidak ada data yang cukup untuk mrekomendasikan ivermectin sebagai obat untuk pencegahan dan pengobatan Covid-19. NIH mengungkapkan bahwa ada tujuh studi mengenai penggunaan ivermectin pada Covid-19 yang telah dipublikasikan di US National Library of Medicine.
Akan tetapi, seluruh studi tersebut hanya menggunakan sampel berukuran kecil. Oleh karena itu, hasil studi memberikan informasi yang tidak lengkap dan memiliki keterbatasan metodologis yang signifikan.
Belum lama ini, FDA juga mengeluarkan keputusan terkait penggunana ivermectin untuk Covid-19. FDA menyatakan bahwa mereka tidak memberikan izin penggunaan ivermectin sebagai obat pencegahan dan pengobatan Covid-19.
Sebelumnya, FDA telah mengeluarkan anjuran lain pada Maret lalu terkait penggunaan ivermectin. FDA mengungkapkan ada ivermectin yang ditujukan untuk manusia dan ada pula yang dibuat untuk hewan. Ivermectin untuk hewan sangat berbeda dengan ivermectin yang disetujui penggunaannya untuk beberapa penyakit manusia.
"Jangan pernah gunakan obat-obatan yang ditujukan bagi hewan kepada diri Anda sendiri," ujar FDA.
Terlepas dari itu, minat terhadap ivermectin tampak masih sangat tinggi. Di AS misalnya, CDC mengatakan apotek-apotek menerima permintaan resep ivermectin sebesar 24 kali lipat lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi.
Sebagai perbandingan, pada 16 Maret 2019 sampai 13 Maret 2020 jumlah rata-rata permintaan ivermectin adalah 3.600 resep per pekan. Per 13 Agustus 2021, ada lebih dari 88.000 peresepan ivermectin per pekan.
Peningkatan penggunaan ivermectin ini juga diiringi dengan munculnya laporan-laporan efek samping yang berat. CDC mengatakan pusat kontrol keracunan AS melihat adanya peningkatan telepon masuk yang melaporkan paparan ivermectin pada manusia.
Per Juli lalu, peningkatan telepon masuk terkait ivermectin meningkat hingga lima kali lipat dibandingakn sebelum pandemi. Pusat kontrol keracunan AS juga melihat adanya peningkatan frekuensi efek samping yang berat.
"Dan kunjungan ke rumah sakit atau departemen gawat darurat (terkait penggunaan ivermectin pada manusia)," ujar CDC.
Banyak dari kasus tersebut dialami oleh orang-orang yang mengonsumsi produk ivermectin tanpa resep. Sebagian di antaranya bahkan ada yang mengonsumsi ivermectin yang difromulasikan untuk hewan besar seperti kuda dan ternak. CDC mengatakan formula tersebut terkonsentrasi tinggi dan bisa menyebabkan overdosis pada manusia.
"Orang-orang yang menggunakan ivermectin dosis tinggi di atas dosis rekomendasi FDA dapat mengalami efek toksik," ungkap CDC.
Salah satu efek yang mungkin terjadi adalah mual dan muntah. Ada pula efek yang bersifat lebih neurologis, seperti halusinasi, kejang, koma, dan kematian.