Oleh : Muhammad Hafil, Jurnalis Republika.co.id
REPUBLIKA.CO.ID, Beberapa media lokal Saudi, seperti Sejumlah media di Arab Saudi seperti Arab News dan Saudi Gazette, pada pekan lalu, memberitakan pihak Kementerian Kesehatan Kerajaan telah mengakui penggunaan vaksin Sinovac dan Sinopharm di lingkungan Kerajaan. Selama ini baru empat vaksin yang disetujui untuk digunakan di Kerajaan, yaitu, Oxford-AstraZeneca, Pfizer-BioNTech, Johnson & Johnson, serta Moderna.
Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi juga telah mengeluarkan arahan untuk mengizinkan masuknya ekspatriat dari negara-negara yang menghadapi larangan perjalanan. Ada 20 negara yang telah dilarang oleh pemerintah Saudi karena lonjakan kasus Covid-19.
Menurut sumber resmi di kementerian mengatakan pada Selasa (24/8) bahwa ekspatriat tersebut harus sudah mendapatkan suntikan vaksin Covid-19 penuh. Selain itu keputusan juga hanya berlaku untuk ekspatriat yang memiliki izin tinggal yang sah dan meninggalkan Kerajaan dengan visa keluar dan masuk kembali setelah mengambil dua dosis vaksin Covid-19 dari Arab Saudi.
Saat ini, negara-negara yang menghadapi larangan perjalanan adalah India, Pakistan, Indonesia, Mesir, Turki, Argentina, Brasil, Afrika Selatan, Uni Emirat Arab, Ethiopia, Vietnam, Afghanistan, dan Lebanon.
Kabar ini tentu memberi angin segar kepada Indonesia, sebagai salah satu negara yang terimbas kebijakan larangan perjalanan Arab Saudi. Apalagi, Indonesia merupakan salah satu pengirim jamaah umroh terbesar di dunia.
Karena ini, isyarat lampu hijau ini mesti benar-benar dimanfaatkan oleh Indonesia. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama dan perwakilannya di Arab Saudi baik di Kedubes maupun KJRI telah berupaya keras melobi Arab Saudi agar jamaah umroh Indonesia diizinkan kembali masuk Arab Saudi untuk melaksanakan ibadah dalam dua tahun terakhir ini.
Namun, Arab Saudi belum memutuskan Indonesia kembali umroh maupun haji kembali. Karena itu, hemat penulis, sudah seharusnya dalam hal ini presiden Indonesia Joko Widodo turun tangan melobi langsung Raja Salman selaku kepala negara Arab Saudi.
Jokowi dan Raja Salman kita ketahui memiliki hubungan yang baik. Dan, mereka berdua sudah beberapa kali bertemu.
Kita tentu masih ingat, pada 2017 lalu, saat Raja Salman berkunjung ke Indonesia, beliau mengembalikan jumlah jamaah haji Indonesia yang dikirim ke Arab Saudi. Sebelumnya, kuota haji negara-negara di dunia dikurangi Arab Saudi karena pada saat itu sedang pembangunan Masjidil Haram. Sedangkan pada saat itu, negara-negara lain di dunia belum lagi dikembalikan jumlah kuota normalnya.
Kemudian, pada tahun 2019, Raja Salman kembali menambah jumlah kuota jamaah haji Indonesia sebesar 10 ribu jamaah. Pada saat itu, Presiden Joko Widodo menceritakan proses permintaannya untuk mendapatkan tambahan kuota 10 ribu anggota jamaah haji Indonesia. Presiden mengaku sempat meminta kuota tambahan lagi tapi belum dijawab langsung.
"Setelah saya bertemu Sri Baginda Raja Salman, langsung disampaikan ke beliau bahwa ini sebenarnya permintaan sudah lama, sudah dijawab beliau secara resmi kita diberi kuota haji oleh beliau Alhamdulillah 10 ribu jadi dari 221 ribu menjadi 231 ribu," kata Presiden Joko Widodo di Halal Park, kompleks Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta pada 16 April 2019.
Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan resmi sekaligus umrah pada 13-15 April 2019. Saat menunaikan ibadah umroh, Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo bersama kedua putranya Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep juga berkesempatan masuk ke dalam Ka'bah.
"Sehingga calon-calon jamaah haji bisa maju (antriannya), itu pun saya sudah menyampaikan kepada Raja Salman agar diberikan tambahan lagi. Saya masih minta lagi, tapi belum dijawab langsung, sudah iya tapi belum dijawab langsung," tambah Presiden.
Presiden bertemu dengan Raja Arab Saudi, Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud di Istana pribadi Raja (Al-Qasr Al-Khas) di Riyaedh pada Ahad (14/4). Penambahan itu kembali ditegaskan Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi Mohammad bin Salman dalam pertemuan bilateral dengan Presiden Jokowi di Istana Putra Mahkota.
Dari kisah itu, kita tentu mengetahui bahwa hubungan Jokowi dan Raja Salman sangat baik. Dan, tentu dalam masa lobi agar jamaah umroh Indonesia diterima lagi, rasanya Presiden Jokowi perlu melobi kembali Raja Salman. Semoga dengan upaya tersebut, jamaah Indonesia yang ingin pergi umroh maupun haji bisa kembali diizinkan.