REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, (Kemendikbudristek) mengungkap masih ada 2.961.060 warga negara Indonesia di seluruh nusantara yang masih belum melek huruf.
Mayoritas dari mereka berasal dari kelompok usia 44-59 tahun. Berbagai pendekatan dilakukan untuk mengatasi hal tersebut.
"Di tahun ini masih ada 2.961.060 warga negara Indonesia yang masih belum melek huruf. Tapi itu sudah ada perbaikan dibandingkan dengan tahun lalu,\" ungkap Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Menengah Kemendikbud, Jumeri, pada konferensi pers yang dilaksanakan secara daring, Sabtu (4/9).
Dia mengungkapkan berdasarkan data 2019, persentase penduduk buta aksara berada di angka 1,78 persen atau ada 3.081.136 warga yang masih belum melek huruf. Pada 2020, jumlah tersebut berkurang, sejalan dengan persentase penduduk buta aksara yang menurun ke angka 1,71 persen.
Jumeri menerangkan, ada beberapa provinsi yang masih menyumbang persentase jumlah penduduk buta aksara terbesar. Daerah-daerah itu, yakni Papua, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi Barat (Sulbar), Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Selatan (Sulsel), Kalimantan Barat (Kalbar), Jawa Timur (Jatim), Sulawesi Tenggara (Sultra), dan Jawa Tengah (Jateng).
"Ini yang perlu mendapat perhatian kita, persentase penduduk yang buta aksara masih tinggi, terutama di Papua masih di atas 20 persen, kira-kira 22 persen dari penduduknya masih buta aksara," kata Jumeri.
Jika diurutkan berdasarkan jumlah penduduk yang masih buta aksara, Jatim merupakan daerah dengan jumlah tertinggi, yakni lebih dari 800 ribu penduduk. Kemudian di posisi kedua dan seterusnya ada Papua, Jateng, NTB, Sulsel, NTT, Kalbar, dan lainnya.
Menurut dia, Jatim dan Jateng masuk ke dalam penyumbang jumlah penduduk buta aksara paling besar karena dua wilayah tersebut memiliki jumlah penduduk yang tinggi. "Dua provinsi ini adalah provinsi dengan penduduk yang terbesar di negeri ini sehingga memang masih cukup tinggi jumlah yang buta aksara," terang dia.