Senin 06 Sep 2021 20:00 WIB

Gletser di Wilayah Selatan Eropa Terancam Terus Terkikis

Hilangnya gletser Pyrenees yang pada akhirnya hanya tersisa secara dramatis.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Gletser mencair (ilustrasi)
Foto: REUTERS
Gletser mencair (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gletser di wilayah paling selatan Eropa terancam akan terus terkikis. Sebuah studi mendokumentasikan hilangnya gletser Pyrenees yang pada akhirnya hanya tersisa secara dramatis. 

Menurut laporan, gletser Pyrenees mungkin akan berkurang menjadi lapisan dalam dua dekade mendatang karena perubahan iklim. Salah satu penyebabnya adalah karena menyusutnya massa es di pegunungan wilayah ini yang terjadi dengan cepat sejak 1980-an. 

Baca Juga

Pegunungan Pyrenees, yang menandai perbatasan alami antara Spanyol dan Prancis, menyaksikan tiga gletser menghilang atau menjadi lapisan es yang stagnan sejak 2011. Dalam 17 dari puluhan lapisan es yang tersisa, telah terjadi hilangnya rata-rata 6,3 meter (20 kaki) dari ketebalan es.

Massa gletser juga menyusut rata-rata lebih dari seperlima atau 23 persen dalam hampir satu dekade. Tim peneliti dari Spanyol dalam studi baru ini mengatakan perubahan iklim sebagai penyebab utama dan secara khusus membuat peningkatan suhu keseluruhan hingga 1,5 derajat Celcius di wilayaah Pyrenean sejak abad ke-19. 

“Apa yang kami lihat di sini adalah peringatan awal tentang apa yang mungkin terjadi di pegunungan lain, seperti Alpen,” ujar Jesús Revuelto, salah satu penulis studi tersebut, dilansir Phys, Senin (6/8).

Menurut Revuelto, Gletser di Alpen memiliki lebih banyak massa dan entitas. Namun, bukan berarti hal seperti yang dialami Pyrenees terjadi seiring berjalannya waktu dengan kondisi Bumi. 

Ixeia Vidaller, ahli geologi dan salah satu penulis studi mengatakan bahwa hilangnya massa es juga menjadi tragedi bagi lanskap Pyrenean dengan efek yang belum terlihat pada keanekaragaman hayati. Para peneliti menggunakan citra saltelit resolusi tinggi dan visual yang diperoleh dari penerbangan penelitian pada 2011 untuk memetakan evolusi massa es.

Ilmuwan membandingkannya dengan data yang diperoleh dan model 3D dari pegunungan dengan bantuan drone

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement