REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sejumlah mobil saat ini telah dikemas lewat sistem elektronik mutakhir, lengkap dengan perangkat lunak dan jaringan internet. Semua itu dihadirkan demi dapat memudahkan pengendara serta menunjang sistem keselamatan lalu lintas.
Tapi, selayaknya sebuah gadget dan komputer, konektivitas dengan internet pada mobil juga berpotensi menimbulkan ancaman cybersecurity. Dikutip dari Car and Driver pada Senin (6/9), hal ini dibuktikan dengan maraknya ancaman keamanan siber pada bidang otomotif.
CEO & Cofounder of GuardKnox Cyber Technologies, Moshe Shlisel mengatakan, semakin banyak koneksi yang dapat diakses pada mobil dan makin canggihnya sistem dalam kendaraan, maka celah peretasan juga semakin besar.
"Kami telah melakukan pengujian. Dalam pengujian itu, kami dapat mengendalikan kendaraan dari jarak jauh berkat konektivitas dalam kendaraan," kata Moshe Shlisel.
Dengan beragam pengoperasian secara elektronik, GuardKnox Cyber Technologies telah membuktikan bahwa peretas mampu mengendalikan lingkar kemudi, mematikan dan menyalakan mesin, melakukan pengereman, membuka pintu mobil dan pintu bagasi.
Tentu, hal ini merupakan hal yang sangat berbahaya. Jika disalah gunakan, maka hal ini bisa mengancam keamanan pengendara dan pengguna jalan lainya.
Oleh karena itu, pabrikan otomotif harus makin hati-hati dalam mendesain mobil secara keseluruhan. Mengingat, beragam persoalan cybersecurity saat ini terus mengalami peningkatan.
Upstream Security mengungkap, insiden kejahatan siber mengalami peningkatan di atas 90 persen dari tahun ke tahun. Pada 2019 saja, total cybersecurity incidents adalah sebanyak 150 kejadian.