Selasa 07 Sep 2021 11:49 WIB

Aksi Orang Tua Berekspresi Melalui Karya Seni

Pameran ini sebagai perjalanan tumbuh orang tua dalam memahami anak dan dunia seninya

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Bilal Ramadhan
Salah satu orang tua siswa di Erudio Indonesia, Ina Hasyim membuat sebuah lukisan dengan judul
Foto: erudioindonesia.sch.id
Salah satu orang tua siswa di Erudio Indonesia, Ina Hasyim membuat sebuah lukisan dengan judul

REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah lukisan dengan kombinasi warna merah, kuning, biru, hijau, oranye, hitam dan emas dipamerkan secara virtual. Lukisan berbentuk wajah manusia itu bernama “It’s Ok”.

Dengan warna yang beragam, sang pelukis, Ina Hasyim menggambarkan pemikiran, perbedaan tujuan dan penyampaian. Sekaligus menyampaikan makna dukungan terhadap anak-anaknya yang berani mengambil keputusan besar, untuk masuk ke Sekolah Erudio Indonesia.

It’s okay to be different, don’t worry, because you’re happy now,” ujar Ina Hasyim dalam perhelatan pameran virtual Orang Tua Berkarya, berjudul ‘Tumbuh Kembang’ yang diselenggarakan oleh Sekolah Erudio Indonesia melalui Youtube.

Ina Hasyim merupakan salah satu dari 17 orang tua siswa Sekolah Erudio Indonesia, yang mengikuti pameran Orang Tua Berkarya tahun ini. Ina Hasyim yang berprofesi sebagai dokter gigi ini, mengaku terkejut ketika diminta untuk membuat sebuah karya seni untuk pameran virtual ini.

Dengan latar belakang kisah anaknya untuk memutuskan menempuh pendidikan di Sekolah Erudio Indonesia, Ina Hasyim menuangkan pemikirannya melalui warna dan desain di atas canvas 30x40 sentimeter. Kemudian mempresentasikannya bersama orang tua murid yang lain.

Orang Tua Berkarya merupakan kegiatan tahunan orang tua siswa Erudio Indonesia, yang ditantang untuk membuat proyek atau karya seni. Diketahui, Sekolah Erudio Indonesia dulunya dikenal sebagai Erudio School of Art dan Erudio School of Science, Erudio Indonesia.

Kurator Orang Tua Berkarya tahun ini, Nin Djani merupakan seorang penulis dan pekerja kreatif lintas seni di Jakarta. Nin Djani menyampaikan, proyek Orang Tua Berkarya tahun ini menbutuhkan waktu delapan pekan.

Selama itu, 17 orangtua siswa menjalani dinamika proses pameran. Mulai dari pencarian gagasan, produksi karya, hingga persiapan mempresentasikannya pada publik.

“Pada akhirnya rangkaian proses ini bukan merupakan usaha meng-karbit-kan, justru sebaliknya, pameran ini menjadi sebuah eksplorasi serta transisi. Sebuah perjalanan tumbuh orangtua dalam memahami buah hati dan dunia seni tempat mereka berada,” ujar Nin Djani.

Selain lukisan It’s Ok milik Ina Hasyim, ada juga sejumlah orang tua yang memanfaatkan barang bekas seperti sampah plastik dan sampah tekstil. Salah satunya Lulu Dayina, dalam karyanya Plastic Bag Art Recycled.

Memanfaatkan kantong plastik di rumah, Lulu mengepang kantong plastik tersebut dan membentuknya menjadi tas. Dia sendiri mendapat ide tersebut melalui Pinterest.

“Ini sangat membantu menjaga bumi kita dan mahluk hidup di bumi. Tidak hanya kantong plastik, tapi masih banyak plastik-plastik dalam bentuk lain yg bisa kita manfaatkan agar tidak terbuang di tempat yg salah. Lakukan hal kecil dari sekarang, untuk mewujudkan masa depan yang besar,” ujar dia.

Sama halnya dengan Lulu, Rico dan Firgiza membuat karya bernama “Melindungi Bumi dengan Kreasi”. Dengan latar belakang masalah sampah, khususnya sampah plastik, yang saat ini sudah menjadi salah satu issue terbesar di seluruh penjuru dunia.

Ketika Lulu membuat tas dari kantong plastik, Rico dan Firgiza memfokuskan diri pada sampah plastik berupa jeriken dan botol plastik bekas minuman kemasan. Bekerjasama, mereka menyulap jeriken dan botol plastik bekas itu menjadi pot yang dilukis.

photo
Salah satu orang tua siswa di Erudio Indonesia, Britt Hermawan dan Mochamad Fahri membuat karya masker dari sisa-sisa bahan tekstil - (erudioindonesia.sch.id)

Sementara itu, pada karya “From Nothing to Something”, Britt Hermawan dan Mochamad Fachri fokus pada limbah fashion. Atas rasa sayangnya terhadap bumi, Britt dan Fachri berinisiatif untuk membuat karya upcycle dari sisa bahan-bahan tekstil yang didapat produsen tekstil, menjahitnya menjadi masker kain, atasan wanita, rok dan tempat tusukan jarum. Kemudian, 10 persen dari hasil penjualan produk-produk ini akan didonasikan kepada Panti Asuhan di Jakarta Selatan.

Di samping isu-isu sampah, beberapa orangtua murid juga memanfaatkan isu pandemi Covid-19. Salah satunya, pasangan suami istri Theo dan Irma yang membuat dua karya. Yakni Kolase pandemi Covid-19 dan foto alat seduh kopi dan teh, dimana mereka berdua menekuni minatnya pada fotografi selama #dirumahsaja.

Theo dan Irma mendapat inspirasi dari suasana tidak menyenangkan selama pandemi Covid-19, yang diterimanya dari media cetak, media sosial, dan televisi.

“Berita-berita itu buat kita stres dan depresi. Kemudian kita tuangkan dalam kolase berisi berita-berita negatif dari guntingan koran, menempelnya pada canvas, dan mengecatnya dengan warna gelap. Menggambarkan suasana batin manusia selama pandemi,” ucap Theo.

photo
Salah satu orang tua siswa di Erudio Indonesia, Theo dan Irma membuat karya dengan judul Kolase Pandemi Covid-19. - (erudioindonesia.sch.id)

Sementara itu, Okki dan Inda bernostalgia melalui video “Walking Tour”. Sebab, sebelum pandemi Covid-19 melanda, mereka kerap melaksanakan kegiatan walking tour. Kegiatan yang menurutnya bermanfaat, seru, tidak memerlukan waktu yang lama dan hemat biaya.

Video tersebut menunjukkan perjalanan mereka ke banyak tempat. Seperti, Katedral Jakarta, Monas, Menara Syah Bandar, Museum Sasmita Lokal, Kebun Raya Bogor, Kota Lama Semarang, dan masih banyak lagi.

Ahmad Subenarto dan Iloona Marianne juga memanfaatkan video menjadi media pembuatan karya seni. Mereka membuat video “How to make Parents Project Video For Beginner”, yang mengambil ide dari beginner tutorial dalam pemrosesan sebuah video namun mengambil tema Erudio Parents Project.

Ada pula Aleks dan Mhyajo, yang membuat video berdurasi 5 menit bernama A Mute Stranger at What Time is It Now Marketderful Indonesia. Dengan latar suara menarasikan sebuah puisi oleh Alexander - merupakan bagian dari seri karya "What Time is it : NOW! " yang di buat oleh Mhyajo, dari karya original merupakan naskah teater yang ditulis 2017 lalu.

“Kami tandem, karena saya minatnya lebih ke teater, dia (Aleks) ke visual. Kami berusaha mengutarakan sesuatu dengan modern, tapi mengandung moral of the story. Pesannya, ‘kalau nggak sekarang, kapan lagi?’,” kata Myhajo.

Terakhir, ada BitterSweet Party buatan Rudy 'tulang' Setiawan. Rudy memanfaatkan Pohon Ara yang memiliki makna dalam konteks religius, terutama di beberapa agama. Serta batu putih yang dijadikan medium sebagai sebuah karya parsitipatif dan dijadikan simbol ‘merayakan proses’.

“Karya ini merupakan sebuah bentuk karya partisipatif, dimana saya harapkan adanya keikutsertaan dan keterlibatan dari siapapun yang memang mempunyai kesamaan emosi dalam menjalani proses belajar untuk menyikapi hidup,” ujar Rudy.

Pameran Orang Tua Berkarya dilaksanakan selama dua hari melalui platform Youtube. Dengan menghadirkan 17 orang tua siswa dan karya-karya seninya, yang ditampilkan pada Sabtu (4/9) dan Ahad (5/9) lalu.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement