REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Mahasiswa program Vokasi (D3), Sarjana (S1), Magister (S2), dan Doktoral (S3) Universitas Pertahanan Republik Indonesia (Unhan RI) menerima kuliah umum dari Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia dan Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan RI Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS. Kegiatan tersebut diadakan di Gedung Auditorium Unhan RI Kampus Unhan RI Sentul, yang dilakukan secara online dan offline, Senin (6/9)
Kuliah umum diawali dengan sambutan Rektor Unhan RI Laksamana Madya TNI Prof Dr Ir Amarulla Octavian ST MSc DESD yang diwakilkan oleh Warek I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Unhan RI Mayjen TNI Dr Jonni Mahroza SIP MA MSc CIQnR CIQaR. Ia menyampaikan Visi Unhan RI pada tahun 2024 menjadi World Class Defense University. Setelah sambutan, Warek I saling bertukar plakat dan cinderamata berupa buku antara Unhan RI dengan Prof Rokhmin.
Dalam paparannya, Prof Rokhmin menjelaskan topik Ekonomi Maritim sebagai Lokomotif Perekonomian Nasional Menuju Indonesia Emas 2045. "Ekonomi Kelautan adalah kegiatan yang berlangsung di wilayah pesisir serta lautan, dan kegiatan ekonomi di darat (lahan atas) yang menggunakan Sumber daya Alam (SDA) dan jasa-jasa lingkungan kelautan untuk menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan umat manusia,” ujar Rokhmin seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Rokhmin mengemukakan alasan ekonomi maritim sebagai prime mover perekonomian Indonesia, antara lain sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang tersusun oleh 17.504 pulau, dirangkai oleh sekitar 104.000 km garis pantai (terpanjang kedua di dunia, setelah Kanada), dan 75 persen wilayahnya berupa laut; Indonesia memiliki potensi pembangunan (ekonomi) kemaritiman yang sangat besar. Sekitar 1,4 triliun dolar AS/tahun (1,4 PDB – RI tahun 2020) dan lapangan kerja sekitar 45 juta orang (1/3 angkatan kerja-RI).
“Hingga 2020 baru dimanfaatkan sekitar 20 persen total pontesinya Maka, peluang pengembangan (room for expansion) ekonomi maritim untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi, kemajuan dan kesejahteraan rakyat masih sangat besar,” ujarnya.
Selain itu, seiring dengan jumlah penduduk dunia yang terus bertambah, dan SDA serta Jasling (jasa-jasa lingkungan) di wilayah darat yang semakin menipis; maka kebutuhan (demand) terhadap SDA dan Jasling dari wilayah pesisir dan lautan (kemaritiman) akan semakin meningkat.
“Pada umumnya, aktivitas pembangunan, investasi dan bisnis di sektor-sektor ekonomi maritim adalah: (1) menguntungkan (profitable); (2) menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, berkualitas, inklusif, dan berkelanjutan (sustainable); (3) menghasilkan multiplier effects yang luas; dan (4) berlangsung di wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, lautan, perdesaan, dan di luar Jawa 🡪 Sehingga, dapat mengatasi permasalahan utama bangsa, khususnya pengangguran, kemiskinan, ketimpangan ekonomi, dan disparitas pembangunan antar wilayah,” paparnya.
Alasan lainnya, lata dia, dengan menggunakan Iptek mutakhir di era Industry 4.0 (seperti IoT, AI, Robotics, Blockchain, Cloud Computing, Human-Machine Interface, Big Data, Bioteknologi, dan Nanoteknologi), maka, wilayah lautan akan dapat dijadikan sebagai ruang pembangunan (development space) yang lebih luas, dan menghasilkan komoditas, produk, dan jasa kelautan baru (emerging) seperti farmasi, energi, mineral, dan tanaman pangan.
Rokhmin juga menyebutkan alasan berikutnya, yakni fakta bahwa sejak Revolusi Industri Pertama (1753) sampai sekarang, 85 persen transportasi komoditas dan produk dunia itu melalui laut, sekitar 45 persen total barang (komoditas dan produk) yang diperdagangkan di dunia diangkut oleh ribuan kapal melalui ALKI (Alur Laut Kepulaun Indonesia), sekitar 60 persen penduduk dunia dan Indonesia bermukim di wilayah pesisir, dan pergeseran mesin ekonomi dunia (the power house of the world economy) dari Poros Atlantik ke Poros Asia-Pasifik. “Maka, peran dan kontribusi kemaritiman bagi kemajuan, kesejahteraan, dan kedaulatan bangsa Indonesia akan semakin sentral dan strategis,” tuturnya.
Rokhmin mengemukakan,program pembangunan ekonomi maritim Quick Wins (2021-2024) mencakup: perikanan budidaya (Aquaculture), perikanan tangkap (Capture Fisheries), industri pengolahan hasil perikanan & seafood, industri bioteknologi kelautan (Marine Biotechnology Industry), pariwisata bahari (Coastal & Marine Tourism), dan perhubungan laut.
"Jika ekonomi kelautan dikembangkan dan dikelola dengan menggunakan inovasi Iptek dan manajemen mutakhir, maka sektor-sektor ekonomi kelautan akan mampu berkontribusi secara signifikan dalam mengatasi sejumlah permasalahan bangsa dan secara simultan dapat mengekselerasi terwujudnya Indonesia Emas pada 2045," ujar Rokhmin Dahuri.
Di akhir acara, diadakan sesi tanya jawab yang dimoderatori oleh SesProdi Ekonomi Pertahanan Fakultas Manajemen Pertahanan Unhan RI Kolonel Laut (E) Dr Lukman Yudho PSIP MAP CIQaR. Selain mahasiswa Unhan RI, kegiatan ini juga dihadiri oleh pejabat eselon I, II, III, Dosen di lingkungan Universitas Pertahanan RI.