Rabu 08 Sep 2021 00:05 WIB

Antibodi Penerima Vaksin Pfizer Menurun Setelah 6 Bulan

Kekebalan dari vaksin Pfizer menurun lebih dari 80 persen setelah enam bulan.

Rep: Puti Almas/ Red: Nora Azizah
Kekebalan dari vaksin Pfizer menurun lebih dari 80 persen setelah enam bulan.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Kekebalan dari vaksin Pfizer menurun lebih dari 80 persen setelah enam bulan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vaksin untuk mencegah infeksi virus corona jenis baru (COVID-19) bekerja dengan menghasilkan antibodi untuk melawan virus atau  membentuk sistem imun di tubuh seseorang yang mendapatkannya. Saat ini ada berbagai produk vaksin yang diciptakan di dunia, dengan keunggulan dan kekurangan masing-masing, namun tetap dengan manfaat yang jauh lebih besar dalam menangani pandemi yang terjadi sejak tahun lalu.

Meski demikian, sebuah studi yang dilakukan oleh Case Western Reserve University dan Brown University di Amerika Serikat (AS) dengan mempelajari sampel darah dari 120 penghuni panti jompo dan 92 petugas kesehatan menemukan bahwa antibodi COVID-19 yang diproduksi oleh vaksin Pfizer menurun lebih dari 80 persen dalam waktu enam bulan setelah peserta menerima dosis kedua. Para peneliti secara khusus melihat kekebalan humoral, yang juga disebut sebagai kekebalan yang dimediasi antibodi.

Baca Juga

Kekebalan humoral diketahui berfungsi untuk mengukur pertahanan tubuh terhadap virus corona jenis baru (SARS-CoV-2), yang menyebabkan COVID-19. Studi menemukan bahwa tingkat antibodi individu menurun lebih dari 80 persen ketelah enam bulan.

Hasil penelitian yang dilakukan pada orang-orang lanjut usia, dengan umur rata-rata 76 tahun, serta mereka berusia 48 tahun ke atas menujukkan hasil sama. Sebelumnya, studi menemukan bahwa dalam dua minggu setelah menerima dosis vaksin kedua, manula di panti jompo yang sebelumnya tidak tertular COVID-19 sudah menunjukkan penurunan respons antibodi yang jauh lebih rendah daripada yang dialami pengasuh mereka dengan usia yang lebih muda.

“Enam bulan setelah vaksinasi, darah 70 persen penghuni panti jompo ini memiliki kemampuan yang sangat buruk untuk menetralisir infeksi virus corona jenis baru dalam percobaan laboratorium," ujar David Canaday, seorang profesor di Case Western Reserve University, dilansir NDTV, Selasa (7/9).

Hasil studi tersebut mendukung rekomendasi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) untuk memberikan suntikan ketiga vaksin COVID-19 atau booster. Secara khusus anjuran ditujukan kepada orang tua, karena kekebalan tubuh mereka yang cenderung menurun dari waktu ke waktu.

Studi yang saat ini baru diunggah di MedRxiv tersebut juga mencatat bahwa booster bahkan lebih penting ketika varian COVID-19 seperti Delta menyebar. Di awal pandemi, kematian akibat infeksi virus corona jenis baru yang lebih tinggi di antara penghuni panti jompo di AS membuat mereka menjadi prioritas untuk vaksinasi.

Sebagian besar penghuni panti jompo menerima vaksin Pfizer di bawah otorisasi penggunaan darurat karena itu adalah vaksin pertama yang tersedia.

“Dengan tanggapan vaksin awal yang buruk dari penghuni panti jompo, munculnya terobosan infeksi dan wabah, karakterisasi daya tahan kekebalan untuk menginformasikan kebijakan kesehatan masyarakat tentang perlunya peningkatan diperlukan,” tulis para peneliti dalam studi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement