REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Ditjen Aptika Kominfo RI) bekerjasama dengan DPR mengadakan acara “Webinar Literasi Digital Kominfo dengan Tema “Pentingnya Literasi Digital Dalam Menciptakan Kondusifitas Bermedia Sosial", Rabu (8/9).
Dirjen Aptika Kominfo Samuel A Pangerapan memaparkan, pandemi dan pesatnya perkembangan ekonomi telah mengubah kebiasaan dalam beraktivitas dan bekerja. Kehadiran teknologi sebagai bagian kehidupan masyarakat inilah yang semakin mempertegas bahwa masyarakat sedang menghadapi era disrupsi teknologi.
"Untuk menghadapi hal tersebut kita semua harus mempercepat kerjasama dalam mewujudkan agenda reformasi digital di Indonesia. Salah satu pilar tertinggi untuk mendukung transformasi digital menciptakan masyarakat digital dimana tingkat kemampuan literasi digital menjadi peranan yang sangat penting," kata dia.
Anggota Komisi I DPR RI, Kresna Dewanata Prosakh menyampaikan, di era digital saat ini banyak sekali terkait dengan suasana-suasana yang tidak kondusif dikarenakan adanya hoaks, berita-berita yang tidak valid.
"Hampir di seluruh pelosok wilayah Indonesia akan diselesaikan terkait dengan BTS dan Indonesia akan memasuki merdeka sinyal dalam beberapa tahun kedepan. Saya mengharapkan terkait dengan percepatan teknologi digital saat ini kedepannya bisa dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat," kata Kresna.
Pembicara lainnya, Dewan Penasehat Putera Puteri Pendidikan Indonesia, Prof. Roy Darmawan mengatakan, adanya Literasi Digital merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas nasional. Literasi digital memiliki peran yang strategis untuk menciptakan kondusifitas dalam bermedia sosial. "Sosial media punya andiil yang besar untuk perdamaian dunia, ketahanan regional, dan kemaslahatan dunia," ujarnya.
Menurut data mengenai penetrasi internet di Indonesia Tahun 2020, jumlah pengguna internet di Tanah Air mencapai 196,7 Juta. Ini tumbuh sekitar 25,5 Juta (8,9 persen). Hal ini terjadi karena dampak WFH dalam masa pandemi Covid-19.
Pegiat literasi masyarakat, Wawan Gunawan, mengatakan, untuk menciptakan kondusifitas dalam bermedia sosial siapapun harus menggunakan bahasa dan media secara kritis. Berpikir kritis diperlukan dalam era digital karena semua pihak dapat memikirkan ulang secara mendalam sesuatu yang sudah dianggap benar secara umum dan mengantarkan pada penemuan baru dan cara pandang baru. "Dampaknya kita dapat lebih berhati-hati dalam menyaring maupun menyebarkan informasi apakah termasuk berita hoaks atau tidak," kata dia.