Kamis 09 Sep 2021 21:18 WIB

Jarang Bertemu Teman, Anak-Anak Bisa Alami Social Awkward

Orang tua bisa membantu anak mengatasi social awkward.

Anak bermain (ilustrasi)
Foto: PxHere
Anak bermain (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog Keluarga dan Anak, Samanta Elsener menyatakan orang tua perlu membuat simulasi pembelajaran tatap muka (PTM) untuk membantu anak beradapatasi di lingkungan baru. Menurut dia, simulasi itu penting karena anak-anak saat ini mengalami social awkward.

"Jadi kalau ketemu temannya merasa aneh," kata Samanta.

Baca Juga

Kondisi social awkward tercipta karena di masa seharusnya anak belajar bersosialiasi dengan teman sebayanya, kesempatan itu terlewati selama hampir dua tahun lamanya karena pandemi mengharuskan anak hanya beraktivitas di dalam rumah. Maka dari itu orang tua harus diharuskan secara aktif menyiapkan simulasi agar anak bisa kembali aktif dan ceria saat harus berhadapan dengan lingkungan sosial sebayanya.

Samanta mencontohkan selain membuat simulasi kondisi sekolah di rumah sebelum menyambut PTM, orang tua juga bisa menghadirkan simulasi lingkungan sosial dengan teman sebayanya. Misalnya orang tua berpura-pura menjadi teman dalam beragam skema sosial seperti sedang bermain dengan teman, atau temannya sedang tidak mau bicara, atau bisa juga orang tua berpura-pura menjadi teman yang sedang sedih.

"Orang tua harus aktif melakukan pendekatan, cari informasi dari guru dan juga orang tua lainnya tentang apa yang sedang dipelajari anak. Dari situ kita bisa menyesuaikan, kita bisa membuat kondisi anak menjadi seimbang lagi. Itu kata kuncinya mengoptimalkan anak secara sosial, sehingga dalam situasi berbeda ia bisa bersikap berbeda," kata Samanta.

Tidak usah khawatir ketika anak mengalami hal tersebut karena dalam dua tahun terakhir anak tidak memiliki kesempatan untuk bersosialisasi dengan individu sebayanya. Tidak usah heran juga ketika banyak anak yang terlalu nyaman di dalam rumah dan merasa canggung untuk bersosialisasi ketika harus berkegiatan di luar rumah terutama saat anggota keluarga atau orang yang dikenalnya di rumah tidak ikut mendampingi.

"Selama dua tahun ini anak tidak mendapatkan kesempatan itu (bersosialisasi dengan sebayanya), mereka tidak mengalami yang namanya rebutan barang, rebutan perhatian guru, atau bahkan berkompetisi nilai ulangan. Itu dia tidak mendapatkannya karena pandemi," katanya.

Selain simulasi, orang tua juga wajib menstimulasi buah hatinya lewat bercerita atau membaca buku terkait dengan cara sosialisasi dan nilai- nilai yang terkandung di dalamnya. Orang tua bisa memberikan stimulasi lewat atau buku cerita yang mengandung nilai persahabatan dan kebersamaan.

Dengan adanya stimulasi sejenis, meski anak-anak sudah lama tak berjumpa teman sebayanya namun kemampuan visualisasi dari cerita yang dimilikinya membantu anak bisa memupuk rasa keingin tahuan dan kepercayaan diri untuk bersosialisasi pada saat Sekolah Tatap Muka mulai dilakukan.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement