REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Varian Mu adalah versi virus corona lain yang pertama kali diidentifikasi di Kolombia pada Januari. Sejak itu, wabah menyebar ke Amerika Latin, Eropa, dan Amerika Serikat (AS).
Pada bulan lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendaftarkannya sebagai Variant of Interest karena kekhawatiran dapat membuat vaksin dan perawatan menjadi kurang efektif, meskipun masih diperlukan lebih banyak bukti. Para ilmuwan memantau varian Covid-19 yang muncul berdasarkan perubahan genetik yang mencurigakan, kemudian mencari bukti untuk menentukan apakah versi baru lebih menular atau menyebabkan penyakit yang lebih parah?
Virus berevolusi terus-menerus dan banyak varian baru berangsur hilang. Sejauh ini, dilansir Seattle Times pada Kamis (9/9), varian Mu tampaknya tidak menyebar dengan cepat. Varian itu menyumbang kurang dari satu persen kasus Covid-19 secara global.
Di Kolombia, varian itu mungkin bertanggung jawab untuk sekitar 39 persen kasus. Sebagian besar negara tetap khawatir tentang varian Delta yang sangat menular. Delta adalah varian dominan di hampir semua dari 174 negara, di mana telah terdeteksi.
Pejabat berwenang telah melacak varian Mu di Eropa, di mana terdeteksi di sejumlah negara. Kementerian Kesehatan Prancis baru-baru ini mengatakan varian Mu tampaknya tidak meningkat di seluruh Eropa.
Sebuah laporan dari salah satu badan kesehatan masyarakat Inggris pada bulan lalu memperkirakan varian Mu mungkin sama resistennya terhadap vaksin, seperti varian Beta yang pertama kali terlihat di Afrika Selatan. Namun, badan itu menekankan lebih banyak data lagi diperlukan untuk membuktikannya.
Pejabat WHO mengatakan varian Mu tampaknya meningkat di beberapa negara di Amerika Latin, tetapi varian Delta masih menyebar jauh lebih mudah. “Varian Mu menarik bagi kami karena kombinasi mutasi yang dimilikinya,” kata perwakilan dari WHO, Maria Van Kerkhove.
Pakar penyakit menular terkemuka AS, Anthony Fauci, mengatakan AS memantau varian Mu, tetapi tidak menganggapnya sebagai ancaman langsung.