Senin 13 Sep 2021 09:36 WIB

Menikmati Musik Era MTV Ampuh Vs Spotify

Perkembangan tehnologi membuat perbedaan dalam cara mengakses musik.

Aplikasi streaming musik
Foto: VOA
Aplikasi streaming musik

Oleh : Qommarria Rostanti, Jurnalis Republika

REPUBLIKA.CO.ID, Bagi remaja yang tumbuh pada era 1990-an hingga 2000-an, akhir pekan adalah waktu yang asyik untuk menyimak musik favorit. Saat itu, menikmati lagu dari musisi idola tidak sefleksibel sekarang.

Pada masa tersebut, belum ada Youtube. Youtube baru dibentuk pada 2005. Saat itu pun, pengguna Youtube di Indonesia belum banyak. Alhasil untuk mendengar ataupun melihat tembang-tembang kesukaan, orang-orang mengandalkan acara musik di TV.

Kala itu, acara musik di layar kaca cukup banyak, di antaranya “Nuansa Musik”, “Delta” (Deretan Lagu-Lagu Terbaik), dan “MTV Ampuh” (Ajang Musik Pribumi Dua Puluh). Semuanya memutarkan lagu-lagu dari musisi dalam negeri.

“Nuansa Musik” hadir hampir setiap hari dari Senin hingga Jumat pagi dan berdurasi 30 menit. Acara tersebut mengudara di stasiun TV RCTI dari 1993 hingga 2001.

Sementara, “Delta” dan “MTV Ampuh” memiliki program yang hampir sama yakni urutan tangga lagu terbaik dari para musisi. Delta hadir di RCTI setiap Sabtu pagi, sementara MTV Ampuh disiarkan di saluran TV yang berafiliasi dengan MTV Indonesia, yaitu ANTV pada 1995-2001 dan Global TV pada 2001-2007.

“MTV Ampuh” disiarkan setiap pekan berdurasi 60 menit. Siaran baru atau perdana tayang setiap Sabtu. Terkadang, ada juga siaran ulang beberapa kali dalam rentang sepekan.

“MTV Ampuh” mengulas 20 lagu-lagu Indonesia terpopuler. Pembawa acara atau yang populer dengan sebutan VJ MTV membacakan mundur dari posisi 20 hingga satu atau jawara. Beberapa wajah VJ yang sering membawakan program ini di antaranya Sarah Sechan, Shanty, Mike, Nirina Zubir, dan Daniel Mananta.

Keterbatasan durasi tak membuat semua lagu ditayangkan. Sebagian hanya ditampilkan cuplikannya saja.

Ada beberapa lagu yang berhasil bertahan cukup lama di tangga lagu “MTV Ampuh” yakni  tembang “Dan” milik Sheila on 7 yang bertengger selama 40 pekan pada 2001 di posisi jawara. Ada juga “Nada-Nada Cinta” dari Rossa yang bertahan 18 pekan pada 1998 di posisi satu.

Menikmati musik di TV menjadi salah satu aktivitas menyenangkan bagi remaja dan dewasa pada era tersebut. Bagi yang memiliki uang tabungan lebih, mungkin bisa membeli kaset musisi idola sehingga bisa mendengarkan lagu kegemarannya untuk diputar di radio atau walkman. Sementara bagi yang tidak, bisa masih tetap dapat menikmatinya lewat program musik di TV. Atau bisa menikmati “selingan musik”, yaitu video klip yang diputar saat peralihan satu program televisi ke program yang lain.

Jika ditarik ke kondisi masa kini, cara orang menikmati musik amat berbeda. Saat ini, pencinta musik tak perlu menunggu hingga acara musik tiba atau repot-repot mengunduh lagu dari internet.

Kapanpun ingin mendengarkan sebuah lagu, kita sekarang hanya perlu membuka aplikasi streaming musik di ponsel pintar. Ya, era MTV Ampuh kini sudah beralih ke era Spotify, Youtube, Joox, Resso, dan aplikasi sejenisnya.

Perkembangan musik streaming sangat luar biasa. Pasar musik rekaman global tumbuh sebesar 7,4 persen pada 2020. Angka yang dirilis di Global Music Report IFPI pada Maret 2021 menunjukkan total pendapatan untuk 2020 adalah 21,6 miliar dolar AS atau sekitar Rp 308 triliun.

Pertumbuhan didorong oleh streaming, terutama oleh pendapatan streaming berlangganan berbayar yang meningkat sebesar 18,5 persen. Ada 443 juta pengguna akun langganan berbayar pada akhir 2020. Total streaming (termasuk langganan berbayar dan yang didukung iklan) tumbuh 19,9 persen dan mencapai 13,4 miliar dolar AS (sekitar Rp 191 triliun) atau 62,1 persen dari total pendapatan rekaman musik global.

Saat dunia menghadapi pandemi Covid-19, musik menjadi salah satu media untuk menghibur, menyembuhkan, dan mengangkat semangat. Beberapa hal tak lekang oleh waktu, seperti kekuatan lagu yang bagus, atau hubungan antara artis dan penggemar. Dengan begitu banyak dunia “terkunci” selama pandemi dan konser musik yang dilarang, banyak orang menikmati musik melalui streaming.

Salah satu contoh yaitu aplikasi Youtube Music. Meski baru diluncurkan pada 2018, aplikasi ini kian populer. Youtube menyebut telah memiliki jumlah pelanggan Youtube Music dan Premium 50 juta pada Agustus 2021. Youtube Music dan Youtube Premium berkembang pesat di Korea, India, Jepang, Rusia, dan Brasil.

Jumlah tersebut meroket sejak Desember 2020. Kala itu, jumlah pelanggan platform music streaming-nya mencapai 30 juta pelanggan.

Youtube menawarkan paket berlangganan Youtube Music dengan harga termurah Rp 49 ribu selama sebulan. Sementara itu, paket Youtube Premium yang bisa digunakan untuk mengakses konten Youtube dan Youtube Music bebas iklan, harga paling murah dibanderol Rp 59 ribu. Youtube Music dapat menjadi amunisi bagi Youtube untuk bersaing dengan platform musik streaming lain.

Spotify hingga kini masih menjadi primadona aplikasi musik streaming. Pada kuartal kedua 2021, jumlah pendengar musik di Spotify naik 22 persen menjadi 365 juta pengguna, dengan 165 juta pelanggan berbayar.

Namun meski terdengar fantastis, layanan streaming musik global tersebut mengakui, laju pertumbuhan ini lebih lambat dari yang diharapkan. Menurut Spotify, hal itu lantaran efek pandemi Covid-19. Pandemi membuat orang-orang sulit bepergian jauh. Padahal, pada momen-momen di perjalanan, seseorang menikmati musik.

Spotify berharap dapat menutup tahun dengan 400 juta hingga 407 juta pendengar yang mendengarkan setidaknya sebulan sekali. Tiga bulan lalu, Spotify menargetkan 402 juta hingga 422 juta pendengar aktif pada 2021 ini.

Jika ditelisik secara awam, apa yang menyebabkan aplikasi musik streaming sangat digemari? Menurut saya, alasan yang utama adalah kemudahan. Sebagai pengguna Spotify dan Joox, sangat mudah untuk mendengarkan lagu yang saya inginkan, kapan pun dan di mana pun. Ribuan, bahkan jutaan lagu tersedia. Dari musisi Tanah Air hingga dunia; bermacam era, dari genre pop, rock, K-pop, hiphop, hingga dangdut, ada.

Tak harus selalu berlangganan, dengan menjadi free user, kita juga sudah bisa mendengarkan segudang tembang sesuai suasana hati. Bedanya, apabila berlangganan layanan premium, kita bisa mengakses seluruh konten dalam aplikasi tersebut dan aktivitas mendengarkan musik tidak akan “terganggu” iklan. Jadi, ingin mendengarkan lagu apa hari ini?

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement