REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada 2018, Riskesdas mengatakan 33,5 persen masyarakat masih kurang gerak dan pandemi ini berpotensi meningkatkan angka tersebut. Padahal, aktivitas fisik secara teratur dan asupan nutrisi lengkap untuk kebebasan bergerak telah terbukti bermanfaat bagi tubuh dan pikiran.
Berkurangnya aktivitas fisik di masa pandemi ini tidak hanya bisa menyebabkan risiko fisik, seperti hipertensi, strok, dan diabetes. Kurang gerak juga bisa berujung ke risiko kesehatan mental, seperti gangguan kecemasan, gangguan tidur, stres, depresi, dan bahkan trauma. Agar bisa teratur beraktivitas fisik, masyarakat perlu memulai gaya hidup sehat dari sekarang.
"Latihan fisik perlu dibiasakan sebagai gaya hidup," kata Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (PDSKO), dr Leny Pintowari, dalam konferensi pers virtual Anlene Virtual Race, pekan lalu (9/9).
Perlu dukungan komitmen, konsistensi, serta disiplin tinggi, demi mencapai hasil yang optimal. Gerakan dasar tanpa peralatan olahraga seperti berjalan, berlari, dan melompat, bisa dikategorikan sebagai latihan fisik selama dilaksanakan dengan prinsip Baik Benar Terukur dan Teratur (BBTT) meskipun terbatas di rumah.
Dr Leny memberikan tips agar tetap bisa berjalan 10 ribu langkah meski hanya di rumah. Misalnya, dalam satu hari sebanyak mungkin mengonversi kegiatan bekerja atau waktu senggang yang awalnya dilakukan duduk, kini dengan berjalan kaki bolak-balik setiap jam.