REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan biosains Colossal mengatakan bahwa teknologi rekayasa genetika CRISPR dapat digunakan untuk menghidupkan kembali mamut yang punah pada zaman Holosen. Pengusaha teknologi sekaligus akhi genetika Ben Lamm pada Senin (13/0) meluncurkan sebuah perusahaan biotek baru yang mana perusahaan tersebut akan menghidupkan kembali mamut berbulu yang telah punah.
Bernama Colossal, perusahaan biosains yang bermitra dengan ahli genetika Harvard, mengklaim teknologi rekayasa genetika CRISPR dapat digunakan untuk menghidupkan kembali hewan yang punah selama zaman Holosen, lebih dari 11.000 tahun yang lalu tersebut.
"Belum pernah sebelumnya umat manusia dapat memanfaatkan kekuatan teknologi ini untuk membangun kembali ekosistem, menyembuhkan Bumi kita dan melestarikan masa depannya melalui populasi hewan yang punah," kata Lamm dalam pernyataannya.
Salah satu upaya atasi tantangan perubahan iklim?
Ahli genetika terkenal sekaligus profesor genetika Universitas Harvard, George Church, yang juga merupakan salah satu pendiri perusahaan mengatakan Colossal memanfaatkan kemajuan eksponensial yang dibuat dalam teknologi untuk membaca dan menulis DNA. Kemudian, menerapkannya pada konservasi ekologis ikonik dan masalah penyerapan karbon.
Para ilmuwan telah berhasil menemukan gading mamut, tulang, dan bulu untuk mencoba mengurutkan DNA hewan tersebut. DNA ini kemudian akan dimasukkan ke dalam genom mamut untuk membentuk "hibrida gajah-mamut,".
Colossal mengatakan sejauh ini telah berhasil mengumpulkan 15 juta dolar AS (Rp 210 miliar) dari investor. Mereka yang mendukung proyek ini mengatakan proses "menghidupkan kembali" mamut berbulu tersebut dapat membantu manusia memperoleh pengetahuan baru tentang biologi, evolusi, dan teknologi.