REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laporan dalam Science mengungkapkan, dosis rendah dari vaksin Moderna bisa bertahan setidaknya selama enam bulan. Sejauh ini, belum ada indikator bahwa orang yang sudah divaksinasi membutuhkan suntikan booster.
"Titik waktu ini penting karena itu adalah saat memori imun sebenarnya telah terbentuk," ujar Research Assistant Professor Daniela Weiskopf PhD yang memimpin studi, seperti dilansir Medical Express, Rabu (15/9).
Menurut studi, vaksin Covid-19 Moderna atau mRNA-1273 dapat mendorong timbulnya CD4+ sel T, CD8+ sel T, dan respons antibodi yang kuat selama enam bulan setelah partisipan divaksinasi lengkap. Akan tetapi, respons imun dinilai dapat bertahan jauh lebih lama. Peneliti mengatakan memori imun yang kuat tampak bertahan lama pada semua kelompok usia yang terlibat dalam penelitian, termasuk lansia di atas 70 tahun yang merupakan kelompok berisiko.
"Memori imun stabil, dan itu luar biasa. Itu indikator baik mengenai durabilitas vaksin mRNA," kata peneliti lain Shane Crotty PhD.
Pemberian seperempat dosis vaksin Covid-19 Moderna juga terlihat dapat memicu respons antibodi dan sel T yang kuat. Hal ini ditunjukkan melalui sebuah studi di mana partisipan hanya menerima 25 mikrogram dosis vaksin Moderna. Dosis standar untuk vaksin Moderna yang disetujui Food and Drug Administration (FDA) adalah 100 mikrogram.
Meski hanya menerima vaksin Moderna sebanyak 25 mikrogram, sel T dan respons antiobdi pada partisipan tetap terlihat kuat. Peneliti bahkan menemukan bahwa vaksin Moderna memiliki respons imun adaptif terhadap spike protein SARS-CoV-2 yang hampir identik dengan respons sistem imun yang dipicu oleh infeksi SARS-CoV-2 alami.
"Responsnya sebanding, tidak lebih tinggi dan tidak lebih rendah," ujar Weiskopf.
Akan tetapi, temuan ini tidak serta-merta berarti dosis vaksin Moderna yang lebih rendah dapat memberikan tingkat perlindungan yang sama seperti dosis standarnya. Dibutuhkan uji klinis untuk mengetahui seberapa protektif vaksin Moderna bila diberikan dalam dosis lebih rendah.
Tim peneliti juga berhasil mendapatkan temuan penting dalam penelitian vaksin Covid-19. Sejauh ini, beragam studi vaksin Covid-19 hanya menyoroti seberapa efektif respons CD4+ sel T setelah vaksinasi. Akan tetapi, data mengenai respons CD8+ sel T masih belum memadai.
Seperti diketahui, individu yang terinfeksi SARS-CoV-2 dan kemudian pulih memiliki respons CD8+ sel T yang unggul untuk melawan virus tersebut. Akan tetapi, ada kekhawatiran mengenai dampak vaksin mRNA terhadap CD8+ sel T.
Hasil studi terbaru ini menunjukkan bahwa pemberian vaksin Moderna dalam dosis rendah dapat memunculkan respons CD8+ sel T yang kuat. Respons ini mirip seperti respons yang dimiliki oleh penyintas Covid-19 yang pulih dari infeksi alami SARS-CoV-2.
"Kami melihat respons CD8+ sel T yang kokoh," ujar Weiskopf.