REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ingin menikmati liburan tapi takut dengan biaya yang mahal? Desi Santika Dewi, traveller dengan pengalaman menjelajahi banyak tempat di berbagai negara dan wilayah di Indonesia, menampik anggapan bahwa untuk berwisata itu tidak selamanya harus merogoh kocek dalam.
“Ternyata bisa loh travelling itu murah tapi tetap nikmat,” kata Desi saat berbagi kisahnya di acara seri diskusi Menuju Reuni Perak 33 dengan tajuk Tips Travelling Murah Tapi Bukan Murahan yang digelar di Jakarta, Sabtu (18/9).
Desi bercerita awal candu travelling itu menular ketika berada di Australia. Pengalaman perdana travelling dijalaninya di Sydney. Namun, pengelanaannya ke Negeri Kanguru itu lebih didorong karena Desi sudah berada di kawasan negara tersebut untuk menemani suaminya yang sedang menuntut ilmu di Melbourne.
“Setelah Sydney yang menghabiskan gaji saya sebulan, maka dimulailah travelling berikutnya dimana biaya sangat diperhitungkan. Hasilnya, saya tetap menikmati dan bahkan lebih nikmat rasanya,” kata istri dari Tubagus Ary Setiawan.
“Di situ pendapat tentang travelling mahal saya hapus. Ternyata bisa loh travelling itu murah tapi tetap nikmat. Apalagi saya berpikir, kesempatan mengexplore Australia mungkin tidak datang dua kali,” lanjut mojang Garut ini.
Untuk meyakinkan bahwa travelling bisa dilakukan dengan biaya murah, Desi menyarankan untuk mencari informasi paket promo. Untuk mendapatkan promo, kata dia, bisa dilakukan dengan banyak cara. Mulai dari mencari sendiri, menjadi member maskapai penerbangan, menggunakan aplikasi pembanding harga tiket, menggunakan poin atau miles, memanfaatkan promo pembayaran dari bank tertentu hingga mencari tiketnya hanya untuk satu orang.
“Jangan dilupakan setelah mengetahui adanya promo maka langsung eksekusi, jangan ditunggu sampai besok karena biasanya promo itu berlangsung sangat cepat,” kata alumnus dari jurusan Agribisnis IPB ini.
Tips lainnya, Desi juga menyarankan agar mengambil liburan pada masa low season. “Sudah menjadi rahasia umum, jika liburan saat high season (saat liburan sekolah, liburan hari raya, liburan akhir tahun) maka harga tiket pesawat dan hotel itu akan mahal. Di sinilah pentingnya kita memahami periode semacam ini untuk menghemat biaya,” katanya.
Lebih lanjut, Desi mengatakan agar sejak awal travelling sudah membuat rincian biaya berdasarkan itinerary atau rencana perjalanan. Langkah ini, kata dia, sangat penting untuk mengontrol biaya yang kelak dikeluarkan.
“Tak lupa juga selama berlibur, khususnya di luar negeri, coba memanfaatkan free Wifi, membawa bekal makanan, menggunakan transportasi umum, berbelanja di supermarket serta membeli souvenir dengan bijak,” tuturnya.
Cara lain untuk dapat menghemat biaya, Desi mengatakan, dapat pula dilakukan dengan komunitas. Dengan segala kelebihan dan kekurangan travelling bersama komunitas, kata dia, alasan utamanya adalah untuk berhemat dan juga mendapatkan fasilitas optimal.
Perkenalan Desi menjalani travelling bersama komunitas terjadi pada 2017. Namun demikian, ia mengaku menjalani travelling dengan cara backpaker itu bukanlah opsi yang ia jalani.
“Karena saya tetap harus nyaman. Bukan berarti tidak pernah backpacker atau merasakan tidur ngemper di Bandara Changi ya. Tapi semua itu bisa kita lakukan kalau kita bisa mencari banyak informasi, utamanya dalam mendapatkan berbagai macam promo,” ujarnya.
Diskusi serial ini merupakan rangkaian dari kegiatan untuk menyambut reuni alumni Institut Pertanian Bogor angkatan 33. Kegiatan reuni tersebut dijadwalkan pada 11 Desember 2021.