REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno, ingin agar Indonesia menjadi pusat ekonomi syariah dunia, terutama dalam hal wisata halal sehingga mampu mendatangkan manfaat bagi masyarakat secara luas, khususnya dalam upaya penciptaan lapangan pekerjaan.
Sandiaga menjelaskan Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan industri halal. Pengeluaran sektor halal di Indonesia pada tahun 2019 mencapai 220 miliar dolar AS dan pada tahun 2025 angka tersebut diproyeksi bertambah hingga 330,5 miliar dolar AS.
“Pengembangan ekonomi kreatif syariah ini harus 360 derajat. Fokusnya apa yang kita makan sehari-hari, apa yang kita pakai sehari-hari dan apa yang kita lihat sehari-hari, yaitu halal food, modest fashion, media and recreation. Oleh karena itu, kita perlu menghadirkan para enterpreneur muda khususnya di Salatiga dan wilayah Indonesia lainnya,” katanya dalam keterangan resmi, Selasa (21/9).
Pengembangan ekonomi syariah melalui wisata halal ini sejalan dengan pariwisata yang lebih berkualitas dan berkelanjutan. Lantaran wisata halal bukanlah wisata yang eksklusif, melainkan inklusif, karena dapat dikonsumsi oleh seluruh kalangan. Hal ini yang menjadikan wisata halal begitu diminati wisatawan di berbagai belahan dunia.
Namun, posisi Indonesia sendiri dalam laporan Global Islamic Economi Indonesia 2020/2021, menempati urutan ke empat setelah Malaysia, Saudi Arabia, dan Uni Emirate Arab (UEA).
Oleh karenanya, Sandiaga ingin agar Indonesia yang dihuni 87 persen penduduk muslim dapat memaksimalkan potensi wisata halalnya sehingga mampu menjadi pusat ekonomi syariah terkemuka di dunia. Namun, dengan mengimplementasikan tiga pilar utama yaitu inovasi dengan teknologi digital, adaptasi melalui protokol kesehatan dan kolaboraksi dengan berbagai pemangku kepentingan.
Ia menjelaskan, Kemenparekraf memilki berbagai program yang dapat mendorong peningkatan ekonomi syariah Indonesia, yaitu melalui program fasilitasi akses pembiayaan syariah seperti Modest Fashion Founders Fund, Islamic Creative Economy Competition (ICEC), Kelas Manajemen Keuangan Syariah, hingga Temu Bisnis Perbankan Syariah. Selain itu, ada juga program Santri Digitalpreneur Indonesia yang baru saja diluncurkan pada 14 September 2021.
“Saya melihat peluang yang sangat besar, karena ada, 4,3 juta santri di Indonesia yang perlu kita beri pelatihan dan pendampingan. Karena para santri ini, selain memiliki dua kekuatan utama yaitu memahami islam yang rahmatan lil alamin dan memiliki akhlakul karimah, mereka juga punya kemampuan enterprenurship,” ujarnya.