REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Staf Pendidikan Dalam Situasi Darurat Unicef, Yusra Tebe, mengatakan, meski vaksinasi tak menjadi syarat utama pembukaan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas, penuntasan vaksinasi guru dan tenaga kependidikan (GTK) penting untuk dilakukan. Tuntasnya vaksinasi GTK akan membuat kenyamanan dan keselamatan semua pihak yang terlibat kegiatan belajar-mengajar di sekolah.
"Walaupun tadi vaksinasi itu bukan salah satu persyaratan mutlak dalam pembukaan sekolah, tapi vaksinasi GTK itu membuat kenyamanan dan keselamatan guru beserta muridnya juga," ungkap Yusra dalam diskusi daring, Selasa (21/9).
Karena itu, Yusra menilai, percepatan vaksinasi guru penting untuk lekas dilaksanakan agar para guru, murid, dan juga para orang tua dapat merasa aman. Menurut dia, di Asia Tenggara, sudah termasuk Indonesia, persentase vaksinasi terhadap tenaga pendidik masih berada di bawah 50 persen.
"Vaksinasi pendidik dan tenaga pendidik perlu dipercepat karena ini memberikan rasa aman kepada seluruh pendidik, tenaga pendidik, siswa, dan orang tua juga," kata dia.
Yusra pada kesempatan itu mengungkapkan, penutupan sekolah seperti yang dilakukan selama pandemi ini akan menyebabkan anak-anak kehilangan haknya. Hak yang akan hilang itu, yakni hak belajar, hak berteman, hak mendapatkan rasa aman, hak atas kesehatan, dan hak atas kesejahteraan.
"Sehingga pembukaan sekolah ini sangat penting sekali. Bukan berarti kesehatan atau risiko keterpaparan itu kita tiadakan. Bukan begitu. Tentu pembukaan sekolah itu perlu dilandasi dengan persiapan yang matang," jelas Yusra.
Untuk itu, dia mengatakan, keterlibatan semua pihak, terutama pemerintah daerah sebagai ujung tombak dalam proses pembukaan sekolah, penyiapan sekolah diperlukan. Pun demikian peran lembaga-lembaga non pemerintah dan orang tua murid juga tak kalah penting.
"Khusus untuk orang tua, seperti tadi disampaikan diberi kewenangan untuk memilih, seperti kita ketahui juga masih banyak juga orang tua yang masih ragu. Tentu ini perlu upaya bersama-sama untuk memberikan keyakinan kepercayaan diri untuk membuka (sekolah)," kata dia.
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (PAUD Dikdasmen) Kemendikbudristek, Jumeri, menjelaskan, vaksinasi pelajar usia 12-17 tahun baru berjalan 12 persen dari total 26,7 juta anak untuk vaksin pertama. Jumlah tersebut, kata dia, terbilang sangat rendah.
"Baru kira-kira 12 persen vaksin satu dan sembilan atau 10 persen di vaksin tahap kedua. Jadi masih sangat rendah. Kalau kita menunggu sampai tuntasnya 26,7 juta, maka mungkin butuh waktu lebih lama lagi untuk bisa mengakselerasi pembelajaran tatap muka," terang Jumeri dalam diskusi daring, Selasa (21/9).
Dia juga mengungkapkan, vaksinasi guru dan tenaga kependidikan kini sudah mencapai 62 persen untuk vaksin tahap pertama. Sementara untuk vaksin tahap kedua sudah mencapai sekitar 40 persen. Setiap harinya, kata dia, ada sekitar 200.000 guru yang divaksinasi untuk mempercepat vaksinasi PTK.
"Secara nasional yang tertinggi memang di DIY, kemudian termasuk DKI sudah tinggi vaksinasi bagi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Kemudian yang terendah di Maluku Utara," jelas dia.
Melihat itu, dia menyatakan, upaya percepatan vaksinasi terus dilakukan. Jumeri menyatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan sudah terjadi sebuah komitmen yang menyatakan percepatan vaksinasi itu dapat dipercepat akhir bulan ini.
"Sudah ada komitmen bahwa di akhir bulan ini insyaallah vaksinasi pendidik dan tenaga kependidikan bisa dipercepat," tutur Jumeri.