Rabu 22 Sep 2021 22:19 WIB

Mahasiswa UGM Buat Alat Penghitung Emisi Gas Rumah Kaca

Alat diberi nama Smart Technology in Respiration Chamber.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Peternakan sapi menghasilkan gas rumah kaca.
Foto: ANTARA/Ari Bowo Sucipto
Peternakan sapi menghasilkan gas rumah kaca.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Tim dari Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil menciptakan alat berbasis Internet of Things (IoT) untuk menghitung gas rumah kaca yang diproduksi sektor peternakan, terutama ruminansia. Alat diberi nama Smart Technology in Respiration Chamber.

Alat ini mampu menghitung jumlah produksi gas metan dan dapat dipantau secara real time dengan sentuhan teknologi. Alat ini dapat digunakan dalam evaluasi produksi greenhouses gases di sektor peternakan, terutama ternak ruminansia.

Baca Juga

Selain itu, hasil inovasi mahasiswa ini diharapkan bisa berperan penting dalam penelitian yang terkait dengan perubahan iklim dan efek pemanasan global. Tim peneliti sendiri diketuai Gardika Windar Prahara dari Fakultas Peternakan UGM.

Gardika mengatakan, selama ini inovasi alat penghitung gas rumah kaca untuk ternak ruminansia masih belum dikembangkan di Indonesia. Harga alat methane chamber untuk penelitian ternak mahal dan harus didatangkan dari luar negeri.

Bersama rekan, Gardika mengembangkan inovasi alat deteksi. Ada Auliya Muthiea Dien (Peternakan), Andie Gagas Alfrianto (Sekolah Vokasi), Remarezi Rafsanjani (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam), dan Firlya Lananinggar (Peternakan).

"Yang dapat membantu pengembangan penelitian dalam mitigasi produksi gas rumah kaca dan evaluasi manajemen peternakan serta efisien pakan," kata Gardika, Rabu (22/9).

Alat bernama Smart Technology in Respiration Chamber atau Gama-Sapudi ini dapat mengukur beberapa kadar. Seperti, karbondioksida (CO2), metan (CH4), hidrogen sulfida (H2S), ammonia (NH3), dinitrogen oksida (N2O), suhu dan kelembaban.

Bisa mengukur secara real time didukung teknologi IoT. Alat ini memanfaatkan gas keluaran hewan ternak dan menggunakan microcontroller Arduino Nano yang dihubungkan dengan berbagai sensor untuk mendapatkan input data yang lengkap.

"Semua data yang didapatkan akan dikomputasi dan ditampilkan kepada LCD display yang berada pada bagian luar alat untuk monitoring yang akan ditampilkan secara daring dengan internet," ujar Gardika.

Pemanfaatan media daring menggunakan modul wifi ESP8266 dikirim ke Dashboards Website user dan terhubung internet. Alat penghitung gas rumah kaca berbasis IoT dan penghitungan akan terhubung Dashboards Website yang telah didesain.

"Sehingga, dapat diakses dan dipantau dengan mudah melalui handphone atau komputer," kata Gardika.

Dosen Pembimbing Tim PKM, Dr Muhsin Al Anas mengatakan, Indonesia salah satu negara penghasil gas rumah kaca jumlah besar. Peternakan ruminansia menghasilkan metana dari fermentasi dalam rumen sebagai konversi rumput jadi sumber energi.

Baik peternakan sapi, kerbau, domba maupun peternakan kambing  Terlebih, pakan yang diberikan peternak kebanyakan limbah pertanian dengan kualitas yang rendah dan kandungan serat yang tinggi. Alat ini ini bisa menjadi terobosan inovatif.

"Untuk meningkatkan kualitas penelitian dalam usaha mitigasi efek gas rumah kaca, sehingga kita bisa mengembangkan peternakan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan," ujar Muhsin.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement