Kamis 23 Sep 2021 04:46 WIB

Dag Dig Dug Wisata Sekarang, Sudah Amankah?

Sejumlah negara tetangga menujukkan adanya peningkatan kasus kembali.

Wisatawan menyaksikan pementasan Tari Kecak di Daya Tarik Wisata (DTW) Uluwatu, Badung, Bali, Selasa (21/9/2021). Atraksi wisata tari kecak tersebut kembali dipentaskan perdana pada Selasa (21/9) dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat dan membatasi jumlah penonton 50 persen dari kapasitas serta untuk mempromosikan daya tarik pariwisata di Bali.
Foto: Antara/Nyoman Hendra Wibowo
Wisatawan menyaksikan pementasan Tari Kecak di Daya Tarik Wisata (DTW) Uluwatu, Badung, Bali, Selasa (21/9/2021). Atraksi wisata tari kecak tersebut kembali dipentaskan perdana pada Selasa (21/9) dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat dan membatasi jumlah penonton 50 persen dari kapasitas serta untuk mempromosikan daya tarik pariwisata di Bali.

Oleh : Gita Amanda, Jurnalis Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, Seiring penurunan level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), sejumlah tempat wisata mulai kembali dibuka. Ini jadi angin segar bagi masyarakat, setelah Juni hingga Agustus lalu, kasus Covid-19 menyentuh angka-angka tertingginya di Tanah Air.

Angka keterisian tempat tidur di rumah sakit memang menurun drastis. Begitu pula kematian akibat Covid-19 dan positivity rate yang semakin menurun. 

Wajar jika akhirnya kini masyarakat sedikit lega. Tempat-tempat wisata perlahan mulai kembali ramai didatangi pengunjung. Mereka yang jenuh berbulan-bulan di rumah mulai mencari hiburan. Dari beberapa status teman di media sosial saja, saya bisa lihat rerata menunjukkan ramainya tempat wisata yang mereka datangi.

Jalanan-jalanan menuju tempat kawasan wisata pun mulai menunjukkan kemacetan panjang. Sebut saja contohnya daerah Puncak, Bogor. Sudah beberapa pekan terakhir rasanya, kawasan ini kembali bergeliat. Pemandangan antrean panjang kendaraan di akhir pekan kembali mewarnai Puncak.

Jujur perasaan saya campur aduk melihat hal ini. Di satu sisi, tentunya ini jadi secercah harapan bahwa pandemi mungkin telah berakhir. Sehingga perlahan, masyarakat mulai bisa kembali menjalani kehidupan normal baru mereka.

Baca juga : Tidak Rasakan Efek Samping, Vaksinnya tak Bekerja?

Kegiatan ekonomi pun mulai bangkit. Para pelaku bisnis pariwisata yang kemarin terkena dampak telak pandemi Covid-19, mulai menemui titik terang dengan kembalinya para masyarakat berwisata.

Tapi, di sisi lain, saya juga masih dag dig dug menerima kondisi ini. Terlebih, nampaknya mulai banyak masyarakat yang terlena dan lalai menerapkan protokol kesehatan selama berwisata. Coba saja perhatikan, pasti ada saja kita temui pengunjung tempat wisata yang tak mengenakan masker. Atau hanya mengenakannya di dagu bak aksesoris.

Soal jaga jarak juga jadi permasalahan serius. Mulai banyak tempat-tempat wisata atau tempat makan yang tak lagi menerapkan jaga jarak antarpengunjungnya.

Haduh, jujur ini membuat saya ngeri. Jangan sampai euforia pelonggaran ini menyebabkan kita lupa dan akhirnya, amit-amit, kasus Covid-19 kembali merangkak naik. Duh, jangan sampai itu terjadi. Saya sungguh berdoa soal ini.

Apalagi belakangan, sejumlah negara tetangga menujukkan adanya peningkatan kasus kembali. Di Singapura, pada Sabtu (18/9) lalu, tercatat 1.009 kasus baru ditemukan dalam 24 jam. Sementara di Filipina belum tampak angka penurunan kasus Covid-19. Rata-rata per pekan, Filipina masih mencatat 20 ribu kasus Corona.

Bahkan juru bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito sudah memperingatkan, jika masyarakat tak taat protokol kesehatan dan mempertahankan penurunan kasus ini, kemungkinan gelombang ketiga Covid-19 akan melanda Indonesia pada Desember. Pernyataan Pak Wiku ini, tentu harus jadi alarm buat kita untuk tak lengah dan terus menerapkan protokol kesehatan dengan sebaik mungkin.

Pemerintah juga tampaknya sudah mengupayakan sejumlah cara, agar pelonggaran level PPKM dan pembukaan kembali wisata tak berimbas pada peningkatan kasus Covid-19. Misalnya penggunaan aplikasi PeduliLindungi di sejumlah area publik dan transportasi umum. Dengan aplikasi ini, bisa terpantau apakah pengunjung atau masyarakat dalam status positif atau negatif Covid-19. Aplikasi juga mencatat apakah pengguna telah divaksinasi atau belum.

Kemudian pemerintah daerah juga memberlakukan ganjil genap kendaraan. Ini dilakukan untuk mencegah penumpukan kendaraan, juga sebagai upaya pembatasan mobilitas masyarakat.

Sementara sebagai perlindungan dari kasus varian Covid-19 baru yang banyak terjadi di luar negeri, Pemerintah memberlakukan pembatasan akses masuk ke Tanah Air. Sejumlah bandara dan pintu-pintu masuk ke Indonesia dijaga ketat dan beberapa ditutup. Pemberlakuan karantina bagi pendatang baik itu WNA maupun WNI yang baru dari luar negeri juga dilakukan.

Selain itu, tentunya edukasi dan kampanye untuk terus menerapkan protokol kesehatan terus digencarkan. Hanya saja pelaksanaan dan pemantauannya di lapangan yang terkadang masih longgar dan kerap dilanggar.

Baca juga : Kabupaten Bogor Baru Bolehkan Tiga Tempat Wisata Beroperasi

Tapi, seberapa apik pun aturan dibuat, kesadaran masyarakat tentu memegang peran sangat besar. Maka wahai warga +62 tercinta, janganlah lalai. Tetaplah terapkan protokol kesehatan ketat selama berwisata atau beraktivitas.

Tentu kita tak ingin, kondisi landai Covid-19 ini hanya sementara. Tentu kita tak ingin peningkatan kasus Covid-19 dan kematian akibat Corona kembali meroket seperti bulan-bulan sebelumnya.

Jadi ayo dong kita tetap saling jaga. Minimal jaga diri sendiri dan keluarga. Tetap terapkan protokol kesehatan ketat, ya!

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement