REPUBLIKA.CO.ID, Silvy Dian Setiawan/Wartawan Republika
Semakin terkendalinya penanganan Covid-19 dalam dua pekan terakhir yang ditandai penurunan level pada Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mulai direspon positif sejumlah pihak. Termasuk dunia kampus seperti Universitas 'Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta.
Kampus di bawah naungan Muhammadiyah ini berencana mulai menggelar kegiatan perkuliahan tatap muka pada tahun akademik 2021/ 2022. Menurut Rektor Unisa Yogyakarta, Warsiti perkuliahan tatap muka ini akan digelar dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes) yang ketat dan disiplin.
"Kami sudah melakukan persiapan dari sisi sarana maupun prasarana yang menunjang perkuliahan tatap muka. Insya Allah semuanya sudah siap," kata Warsiti yang ditemui di kantornya, Rabu (22/9).
Bahkan untuk menyambut perkuliahan tatap muka, pada Rabu kemarin Kampus Unisa menyelenggarakan Masa Ta'aruf (Mataf) 2021 yang digelar secara daring dan luring (luar jaringan) terbatas. Sebanyak 2.010 mahasiswa baru mengikuti kegiatan bertemakan 'Adaptasi Kolaborasi Menghadapi Tantangan Era Global' yang dibuka oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini.
Dalam kesempatan tersebut, Noordjannah mengatakan bahwa tantangan yang akan dihadapi di era globalisasi saat ini semakin banyak. Hal tersebut disebabkan karena perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat sehingga menyebabkan arus informasi sudah tidak lagi mengenal batas antar negara dan tidak dapat dibendung lagi.
Kepada para mahasiswa baru tersebut, istri Prof Haedar Nashir berpesan agar penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi tidak bisa dikesampingkan dari kehidupan saat ini, terutama generasi muda atau milenial, termasuk mahasiswa.
"Namun demikian mahasiswa juga memiliki tantangan yang mengharuskan untuk beradaptasi dengan cepat serta berkolaborasi. Dengan begitu mahasiswa tidak terjerumus pada sisi negatif dari perkembangan teknologi," tuturnya.
Noordjannah menekankan agar mahasiswa memiliki nilai-nilai keutamaan Islam dalam menghadapi tantangan yang ada. Nilai-nilai keutamaan Islam ini mulai dari nilai akhlakul karimah, nilai cinta kemanusaan dan nilai kemandirian untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik.
Penguasaan teknologi, dinilai penting untuk dibalut dengan nilai akhlakul karimah. Karena itu, ia mengingatkan mahasiswa untuk dapat memilah sisi negatif maupun sisi positif dari perkembangan teknologi yang ada.
"Bagi mahasiswa tentu bisa memilah mana yang membawa sisi negatif dan mana yang mendukung untuk mencapai kesuksesan yang bernilai, yang memiliki nilai-nilai keutamaan. Kalau ukurannya IPK (tinggi) atau duniawi yang lebih nikmat itu bisa saja, tapi mahasiswa Unisa menjadi generasi yang akan berproses yang didasarkan pada nilai-nilai keutamaan," kata Noordjannah