REPUBLIKA.CO.ID, Silvy Dian Setiawan/Wartawan Republika
Teknologi memiliki banyak kegunaan bagi umat manusia. Melalui teknologi, komunikasi hingga hampir semua layanan saat ini dapat dicover sehingga muncul istilah revolusi industri 4.0.
Namun, teknologi yang saat ini diagungkan oleh sebagian besar masyarakat juga dinilai syarat dengan risiko. Bahkan disaat teknologi terus mendominasi, manusia juga harus bersiap dengan segala kemungkinan yang ditimbulkan dari teknologi itu sendiri.
Demikian antara lain benang merah dari pemaparan Sonny Zulhuda Associate Professor of International Islamic University Malaysia yang disampaikan dalam Mataf 2021 di Unisa Yogyakarta, Rabu (22/9).
Menurut Sonny, cepatnya perkembangan teknologi informasi saat ini sudah tidak bisa dibendung. Terlebih, di masa pandemi Covid-19 dimana hampir semua kegiatan manusia ditopang oleh teknologi informasi.
"Jangan sampai teknologi menjadi tuan dan manusia menjadi hamba. Harusnya terbalik, manusia tetap harus sebagai tuan. Kita punya teknologi, kita yang menentukan kapan kita pakai dan kapan kita tidak pakai," tegas Sonny.
Ia mencontohkan, Jepang merupakan negara yang menyiapkan konsep digitalisasi, namun berjalan seiring dengan humanisasi. Sehingga, mulai lahir istilah revolusi industri 5.0.
Melalui konsep ini, perlu ada humanisasi teknologi agar manusia tidak kehilangan arah karena teknologi. Sehingga, manusia tidak diatur oleh teknologi, namun manusia yang mengatur teknologi.
Ia mencontohkan, saat ini penggunaan internet menjadi sebuah kebutuhan bagi sebagian besar masyarakat. Bahkan, ada masyarakat yang tidak bisa lepas dari internet. Sonny lantas mengutip kerisauan dari seorang penulis asal Amerika Serikat, Andrew Kenn dalam bukunya yang berjudul The Internet is Not The Answer. Buku ini ditulis ketika sebagian besar masyarakat mengagungkan penggunaan internet saat ini.
Dalam bukunya, Andrew menyebut bahwa 'Bukannya mendapat manfaat, kita para pengguna malah menjadi korban internet itu sendiri. Alih alih mensejahterakan, internet malah memiskinkan kita dengan menciptakan jurang melebar antara si kaya dan si miskin.
Dari kutipan itu, Sonny menyebut, banyak persoalan yang diakibatkan dari penggunaan internet. Ia mencontohkan, hoaks yang menjamur akibat adanya internet.
Sementara, dengan adanya hoaks ini memberikan dampak yang besar. Hoaks, katanya, dapat membuat seseorang mengambil tindakan tertentu yang membahayakan keselamatannya dan orang lain.
"Hoaks itu bahkan membuat keonaran publik, terjadilah pencemaran nama baik, ujaran kebencian dan anarki horizontal di masyarakat," ujar Sonny yang juga Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Malaysia tersebut.
Untuk itu, ia meminta kepada mahasiswa baru Unisa Yogyakarta yang mengikuti Mataf untuk menjadi orang pertama yang dapat merespon permasalahan ini. Terlebih, Unisa Yogyakarta sendiri memiliki banyak program studi yang berhubungan dengan kesehatan, termasuk kesehatan mental.