REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN--Salah satu Forum Wartawan Otomotif Indonesia (Forwot) adalah memberikan edukasi terkait keselamatan berkendara. Karena itu, Forwot secara konsisten melakukan sejumlah program pelatihan kepada para anggota dan sejumlah komunitas otomotif.
Setelah sempat terhenti karena pandemi, kini forum tersebut mulai kembali menggelar pelatihan keselamatan berkendara dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Ketua Bidang Roda Dua Forwot, Ainto Harry Budiawan mengatakan, program kali ini dikemas lewat kegiatan safety riding training yang melibatkan sejumlah anggota Forwot dan beberapa member komunitas motor.
"Safety riding training merupakan salah satu upaya Forwot untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan berkendara para rekan-rekan jurnalis dan juga komunitas bikers. Hal ini merupakan aktivitas rutin Forwot agar bikers dan para jurnalis mendapatkan ilmu baru dan bisa menularkan pengetahuannya kepada orang-orang terdekat mereka," kata Ainto Harry Budiawan di sela kegiatan safety riding training Forwot yang di gelar di Ciputat, Tengerang Selatan pada Sabtu (25/9).
Kegiatan ini sendiri digelar dalam dua sesi pada Jumat (24/9) dan Sabtu (25/9). Sesi pertama merupakan sesi teori yang digelar secara virtual sehingga para peserta dapat memperoleh informasi mendalam dengan baik.
Untuk sesi kedua, kegiatan yang mendapat dukungan dari PT Astra Honda Motor, Wahana Honda, GAS Triumph Motorcycles, Golin Weber Sandwick, Zuttoride dan Motul ini diisi dengan sesi praktek pada area tertutup sehingga para peserta dapat mendapat pembekalan teknis dengan aman dan optimal.
Agar seluruh materi dapat disampaikan dengan baik, maka kegiatan ini pun melibatkan Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC). Training Director JDDC, Jusri Pulubuhu mengatakan, salah satu hal utama yang ditekankan dalam kegiatan ini adalah soal softskill.
"Softskill merupakan salah satu hal utama yang mampu menujang tercapainya keselamatan berkendara. Karena, softskill mencakup pengetahuan, mindset dan kemampuan pengendara dalam mengendalikan emosi dalam berkendara," kata Jusri.
Lewat softskill yang mumpuni, lanjut dia, pengendara dapat menghadapi tiap kondisi berkendara dengan baik karena pengendara memiliki kemampuan dalam melakukan analisa dan melakukan sejumlah langkah antisipatif dengan akurat.
"Berkendara jangan hanya mengandalkan kebiasaan. Mengingat, berkendara merupakan kondisi yang sangat dinamis sehingga pengendara harus siap dengan segala kondisi yang tak terduga. Setiap tindakan juga harus dilakukan dengan pertimbangan yang tepat. Jangan dilakukan dengan spontan, karena tindakan yang dilakukan dengan spontan biasanya tak diawali dengan analisa yang tepat," ucapnya.
JDDC secara konsisten menekankan softskill kepada para pengendara dan selalu melengkapi tiap informasi dengan alasan teknis dan alasan logis sehingga para pengendara bisa memahami materi dengan lebih baik. Hal ini pun kian krusial mengingat manusia atau faktor human error memiliki kontribusi sekitar 94 persen dalam menyebabkan kecelakaan lalu lintas.