Selasa 28 Sep 2021 18:12 WIB

Kurang Tidur, Berapa Lama Tubuh Bisa Memulihkan Diri?

Rata-rata orang dewasa membutuhkan waktu tidur minimal tujuh jam sehari.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Qommarria Rostanti
Tidur (ilustrasi)
Foto: Flickr
Tidur (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidur sangat penting untuk kesehatan. Ini berlaku untuk hampir semua makhluk hidup. Namun, penelitian baru menunjukkan kemampuan untuk segera mengejar ketinggalan pada waktu tidur yang hilang lebih banyak mitos dibandingkan fakta.

Peneliti di Universitas Jagiellonian di Kraków, Polandia, dengan hati-hati memeriksa perubahan fungsi yang terkait dengan kurang tidur di antara orang dewasa. Peserta menghabiskan 10 hari mengalami kurang tidur parsial, kurang tidur sekitar sepertiga dari biasanya. Ini diikuti oleh pemulihan selama sepekan penuh.

Temuan para peneliti menunjukkan kurang tidur memakan waktu lama pada fungsionalitas. Defisit dalam kemampuan orang untuk berpikir jernih cenderung menumpuk sebagai pembatasan tidur parsial berkembang.

Para peserta tidak mudah pulih dari kekurangan tidur ini bahkan setelah tidur ekstra pada hari-hari berikutnya. Jumlah tidur yang dibutuhkan orang sangat bervariasi. Namun, rata-rata, orang dewasa membutuhkan minimal tujuh jam setiap hari untuk mempertahankan fungsionalitas puncak.

Stephanie M Stahl adalah asisten profesor kedokteran klinis dan neurologi klinis di Fakultas Kedokteran Universitas Indiana di Indianapolis. Dr Stahl, yang tidak terlibat dalam penelitian, mengkhususkan diri dalam pengobatan tidur. Dia mengomentari pentingnya penelitian ini dan penelitian serupa.

"Studi ini menambah banyak bukti bahwa kurang tidur memiliki efek merugikan pada fungsi siang hari kita," ujarnya seperti dilansir dari laman Medical News Today.

Penelitian ini secara khusus menyoroti bahkan durasi singkat untuk mendapatkan hanya satu sampai dua jam di bawah target kami yaitu tujuh jam tidur lebih menyebabkan persistensi gangguan, bahkan setelah sepekan mendapatkan tidur yang cukup.

Keyakinan umum sedikit perubahan waktu tidur tidak akan memengaruhi kesehatan seseorang adalah tidak benar. Pemulihan dari kurang tidur adalah yang paling menarik minat tim peneliti.

Dalam studi baru, para peneliti menggunakan ukuran terjaga yang canggih. Salah satu ukuran tersebut adalah actigraphy berkelanjutan, di mana sensor tubuh memantau tingkat aktivitas peserta.

Para ilmuwan juga memantau aktivitas otak EEG setiap hari dan menggunakan berbagai tes kinerja kognitif subjektif dan objektif. Mereka menemukan bahwa di antara langkah-langkah ini, hanya kecepatan reaksi yang pulih ke garis dasar setelah sepekan mengejar ketertinggalan tidur.

Sebagai kesimpulan, para peneliti menemukan konsekuensi neurobehavioral dari kurang tidur parsial kronis tidak dapat diatasi dengan mudah dan bertahan lebih lama dari yang diperkirakan.

Dengan kata lain, Anda tidak boleh berasumsi seseorang akan dengan mudah dan cepat pulih setelah periode pembatasan tidur dengan tidur lebih lama nanti. Mungkin tidak sesederhana itu. Defisit dalam kemampuan Anda untuk berpikir jernih dan berfungsi secara optimal mungkin menderita.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement