Rabu 29 Sep 2021 16:14 WIB

LCS Bersengketa, Ketahanan Pangan Indonesia Terganggu

Indonesia masih mengimpor biomassa berupa karbohidrat sebesar 15 juta ton per tahun

Red: Hiru Muhammad
Pekerja disalah satu usaha kecil menjemur bahan olahan dari singkong yang dibuat menjadi tepung tapioka di Cipambuan, Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Foto: Prayogi/Republika
Pekerja disalah satu usaha kecil menjemur bahan olahan dari singkong yang dibuat menjadi tepung tapioka di Cipambuan, Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JEMBER--Guru Besar Universitas Jember, Achmad Subagio, menyatakan, ketahanan pangan Indonesia terancam terganggu jika terjadi masalah serius di Laut China Selatan (LCS). Pangkalnya, hingga kini masih mengimpor biomassa berupa karbohidrat sebesar 15 juta ton per tahun, yang nyaris setara dengan setengah kebutuhan beras nasional.

"Itu barang (15 juta ton impor karbohidrat) yang tidak mudah untuk kita dapatkan kalau ada problem di Laut China Selatan, impor kita jadi masalah. Anggaplah masalah hanya 5 juta ton, kita dapat dari mana?" ucapnya dalam webinar ngobrol @tempo bertema "Cadangan Strategis Pangan untuk Kekuatan Pertahanan Indonesia", Selasa (28/9).

Karenanya, dia berpendapat, pemerintah harus memasifkan usaha end-to-end dari hulu hingga hilir sejak saat ini. Langkah tersebut diyakini dapat menjadi solusi atas permasalahan tersebut.

Subagio lantas membandingkan dengan perang gerilya pasca-kemerdekaan yang dikomandoi Jenderal Sudirman. Menurutnya, Indonesia mampu menang saat agresi militer Belanda II karena adanya suplai pangan.