REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pusat medis akademik nirlaba Cleveland Clinic mengumumkan bahwa penggunaan semprotan hidung steroid secara teratur dapat memberikan perlindungan pasien Covid-19 terhadap rawat inap terkait virus, masuk ruang perawatan intensif (ICU), dan kematian. Namun, sistem kesehatan mengatakan, temuan tersebut tidak menyarankan semprotan sebagai pengobatan Covid-19 dan dibutuhkan temuan lebih lanjut untuk mengonfirmasi hasilnya.
Studi yang didanai oleh National Institutes of Health dan diterbitkan dalam Journal of Allergy and Clinical Immunology berasal dari 70.000 pasien Covid-19 berusia 18 tahun ke atas di sistem kesehatan Cleveland Clinic per April 2020 hingga Maret 2021. Dari kelompok tersebut, sebanyak 17,5 persen dirawat di rumah sakit, sebanyak 4,1 persen dirawat di ruang ICU, dan 2,6 persen meninggal dunia di rumah sakit.
Lebih dari 14 persen pasien menggunakan semprotan hidung steroid yang juga dikenal sebagai kortikosteroid intranasal (INCS) sebelum infeksi. Penelitian mengecualikan pasien menerima resep INCS sebelum 2018 serta ibu hamil. Mereka yang tidak memiliki data rawat inap dan yang lainnya.
"Pasien yang menerima semprotan hidung steroid sebelum kena Covid-19 menghadapi kemungkinannya 22 persen lebih rendah dirawat inap karena virus tersebut dan 24 persen berkurangnya risiko kematian di rumah sakit terkait Covid-19 dibandingkan pasien yang tidak menggunakan semprotan hidung steroid," kata rilis Cleveland Clinic, seperti dikutip dari laman Fox News, Rabu (29/9).
Rilis tersebut juga mengungkap bahwa temuan penelitian mendorong pasien menggunakan kortikosteroid intranasal sesuai kebutuhan. Pasien tidak disarankan memakai kortikosteroid intranasal untuk mengobati atau mencegah Covid-19 dengan cara apapun.
"Teori dibalik penelitian yang didasarkan pada laporan bahwa kortikosteroid intranasal in vitro (di laboratorium) menurunkan protein reseptor ACE2 yang memungkinkan virus SARS-CoV2 yang menyebabkan Covid-19 masuk dalam sel dan menyebarkan penyakit," kata rilis tersebut.