REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kawasan wisata Kota Tua hingga saat ini belum dibuka untuk umum. Alasannya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) belum memberikan barcode PeduliLindungi sebagai salah satu syarat agar publik bisa mengaksesnya.
"Memang sudah diajukan dan sedang diproses. Kita tidak ada kendala sama sekali. Barcode PeduliLindungi belum turun dari Kemenkes," kata Kepala UPK Kota Tua Dedy Tarmizi saat dikonfirmasi di Jakarta, Kamis (30/9).
Ia memastikan tidak ada kendala dalam proses pengajuan barcode PeduliLindungi ke Kementerian Kesehatan. Pengajuan barcode tersebut sudah diajukan pihak Kota Tua sejak beberapa hari lalu.
Namun demikian, Tarmizi tidak bisa memastikan penyebab barcode PeduliLindungi itu belum sampai ke pihaknya hingga saat ini. Karena hal tersebut, museum Fatahillah yang berada di lingkungan Kota Tua pun belum bisa dibuka untuk umum.
Sejauh ini yang masih bisa beroperasi yakni restoran, hotel dan beberapa perkantoran yang berlokasi di wilayah Kota Tua. Lebih lanjut, selain barcode, pihaknya mengaku sudah memenuhi sertifikasi CHSE yang mencangkup Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment Sustainability (Kelestarian Lingkungan) untuk para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif.Kini pihaknya tinggal menunggu lampu hijau dari pemerintah pusat untuk kembali membuka tempat wisata Kota Tua.
"Tergantung keputusan Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pariwisata kapan Taman Fatahillah dibuka. Kalau restoran, cafe, hotel dikawasan inti sudah buka," jelas dia.
Pengunjung kawasan wisata Kota Tua, pada Oktober 2020, bertepatan dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) waktu itu mencapai ribuan orang. Data menunjukkan, pengunjung kawasan wisata Kota Tua, Jakarta Barat mencapai 2.412 orang atau melonjak dari hari pertama cuti bersama pada akhir Oktober 2020.