REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kelangkaan chip telah memberikan dampak bagi pasokan beberapa pabrikan otomotif di Indonesia. Tapi, BMW mengeklaim bahwa kelangkaan chip tak berpengaruh terhadap pasokan mobil di Indonesia.
Director of Communications BMW Group Indonesia, Jodie O’tania mengatakan, memang ada beberapa konsumen untuk produk tertentu yang harus inden, tapi inden tersebut bukan disebabkan oleh kelangkaan chip.
"BMW secara global telah menyiapkan strategi dalam menghadapi kelangkaan chip. Oleh karena itu, BMW mampu menghadirkan pasokan kendaraan untuk memenuhi kebutuhan konsumen Indonesia hingga akhir 2021," kata Jodie O’tania, beberapa waktu lalu.
Selain diterapkan untuk BMW, strategi global ini pun berlaku untuk MINI. Sehingga, hingga saat ini pasokan untuk BMW dan MINI belum terpengaruh oleh kelangkaan chip tersebut.
Menurutnya, inden hanya terjadi pada produk tertentu seperti BMW M3 dan BMW M4. Tapi inden itu terjadi bukan karena persoalan chip melainkan karena jumlah permintaan yang terbilang sangat tinggi.
Kondisi kelangkaan semikonduktor ini sendiri juga mendapat perhatian dari Pengamat otomotif, Bebin Juana. Menurutnya, sepanjang sejarah otomotif global, kelangkaan chip baru kali ini terjadi.
"Kondisinya memang sangat menantang karena hampir semua produk mobil saat ini mambutuhkan chip untuk beragam kebutuhan yang berbeda-beda. Oleh karena itu tiap pabrikan pun menghadapi kondisi yang berbeda-beda dalam kelangkaan chip ini," ucap Bebin kepada Republika.
Menurutnya, saat ini mayoritas pabrikan mengandalkan pasokan chip dari produsen di Taiwan dan Amerika. Jenis chip yang digunakan pun sangat beragam sesuai spesifikasi dari masing-masing kendaraan.
Pemenuhan kebutuhan chip untuk kendaraan pun sangat bergantung pada kemampuan produksi dari masing-masing pemasok. Mengingat, lanjut dia, pemasok chip biasanya juga harus memenuhi kebutuhan untuk smartphone, komputer dan perangkat elektronik lainya ditengah keterbatasan kapasitas produksi selama pandemi.