Kamis 07 Oct 2021 06:56 WIB

Disrupsi Salah Satu Penyebab Ketertinggalan Indonesia

Mutu SDM, kapasitas riset, kreativitas, dan inovasi Indonesia masih rendah.

Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS menjadi narasumber Kuliah Umum Kewarganegaraan untuk Dosen Mata Kuliah Wajib Kurikulum (MKWK) Semester Ganjil TA 2021/2022 yang diadakan oleh universitas Tanjungpura (Untan), Pontianak,  Rabu (6/10).
Foto: Dok RD Institute
Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS menjadi narasumber Kuliah Umum Kewarganegaraan untuk Dosen Mata Kuliah Wajib Kurikulum (MKWK) Semester Ganjil TA 2021/2022 yang diadakan oleh universitas Tanjungpura (Untan), Pontianak, Rabu (6/10).

REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS menyebutkan ada beberapa  faktor yang menyebabkan Indonesia tertinggal dibandingkan sejumlah bangsa lain. “Penyebab ketertinggalan Indonesia itu ad fakror internal, ada pula faktor eksternal,” kata Prof Rokhmin Dahuri saat mengisi Kuliah Umum Kewarganegaraan untuk Dosen Mata Kuliah Wajib Kurikulum (MKWK) Semester Ganjil TA 2021/2022 yang diadakan oleh universitas Tanjungpura (Untan), Pontianak,  Rabu (6/10).

Ia menyebutkan, faktor internal tersebut yaitu belum ada road map pembangunan nasional yang komprehensif, tepat, dan benar yang dilaksanakan secara berkesinambungan; kualitas SDM (pengetahuan, keterampilan, keahlian, kapasitas inovasi, dan etos kerja) dan kapasitas Iptek masih rendah; serta khlak belum baik (susah kerja sama, tidak amanah, dan hedonis). “Selain itu, negara kita defisit pemimpin yang capable, negarawan, dengan Imtaq kokoh,” ujar Prof Rokhmin seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id. 

Adapun kaktor eksternal, kata dia, antara lain  keserakahan bangsa-bangsa maju dan kapitalisme cenderung menjajah secara ekonomi negara berkembang. “Juga, disrupsi akibat kemajuan Iptek  yang sangat pesat (industri 4.0), perubahan iklim global,  pandemi Covid-19, dan pertarungan ideologi,” paparnya.

Prof Rokhmin menyayangkan,  hampir semua indikator yang terkait dengan kapasitas Iptek, riset, inovasi, dan kualitas SDM bangsa Indonesia masih rendah (tertinggal). “Implikasi dari rendahnya kualitas SDM, kapasitas riset, kreativitas, inovasi, dan entrepreneurship adalah proporsi ekspor produk manufaktur berteknologi dan bernilai tambah tinggi hanya 8,1 persen. Selebihnya,  91,9 persen berupa komoditas (bahan mentah) atau SDA yang belum diolah.  Sementara, Singapura mencapai 90 persen, Malaysia 52 persen, Vietnam 40 peren, dan Thailand 24 persen,” urai Rokhmin mengutip data UNCTAD dan UNDP, 2021.

Peningkatan peran Untan

Dalam kesempatan tersebut, Rokhmin yang juga Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan RI 2020-2024  menyampaikan sejumlah rekomendasi terkait peningkatan peran Untan dalam pembangunan bangsa Indonesia. Salah satunya adalah pendirian Fakultas Perikanan dan Kelautan yang terdiri dari Prodi  Teknologi dan Manajemen Perkapalan, Manajemen Pelabuhan dan Transportasi Laut, Pariwisata Bahari, Budidaya Perairan (Aquaculture), Bioteknologi dan Nanoteknologi Kelautan,  Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan, dan Manajemen Pembangunan Sumberdaya Perikanan (MPSP).

“Selain itu, Prodi Teknik Informasi mesti diperkuat dengan digitalisasi, IoT, AI, Blockchain, Robotics, Big Data, dan Cloud Computing,” ujarnya.

Tidak kalah pentingnya, kata dia, peningkatan kolaborasi Penta Helix: Untan-pemerintah-industri (swasta)-masyarakat dan media massa.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement